Ada pemandangan yang menarik di kampus Indiana University at Bloomington sekitar bulan-bulan Februari sampai dengan bulan Juni setiap tahunnya. Yaitu banyaknya calon orangtua mahasiswa yang mengunjungi kampus sekedar merasakan “hawa”, “bau” dan “suasana” kampus tempat anaknya kelak akan mengambil program undergraduate selama 3-4 tahun lamanya..
Biasanya guide atau pemandu wisatanya berjalan mundur ! Jadi, menurut pandangan mata saya, sangat menarik sekali melihat mahasiswa atau mahasiswi dengan rambut blonde bermata biru memandu wisata dengan berjalan mundur. Saya hanya berandai-andai, bagaimana kalau di belakangnya ada kolam ikan..ha..ha..
Hal yang serupa tidak pernah terjadi di Kampus Binus University selama 18 tahun terakhir. Saya lihat beberapa pengunjung kampus kebanyakan adalah pejabat dari kampus lain, baik yang berdomisili di Jakarta maupun dari luar Jakarta, kadang-kadang malahan dari Sumatera atau Sulawesi. Guide-nyapun bukan mahasiswa, tapi pejabat kampus Binus. Yang dikunjungipun kebanyakan bukan outdoor, tapi indoor..
Bagi saya salah satu guide yang mengesankan adalah guide Singapura. Ketika saya tinggal di sana sekitar tahun 1992-1993 lalu, setiap Sabtu atau Minggu pasti kita diajak keliling pakai bus. Sudah gratis, ada guidenya, dan diakhiri dengan makan (yang juga gratis) pula. Thanks to MFA (Ministry of Foreign Affairs) official for that !
Salah seorang guide, ketika kita yang semuanya bukan orang Singapura ini pada melototi jemuran pakaian di rumah-rumah susun, tiba-tiba saja ia berkomentar lucu, “That’s the flags of the United Nations”. Ha..ha..padahal banyak jemuran yang warna-warni itu di antaranya adalah CD..;-(
Si Guide yang sama, ketika bus kami melewati monumen pertempuran di Singapura tahun 1942 yaitu ketika Singapura yang dipertahankan mati-matian oleh tentara Inggris dan Australia jatuh ke tangan Jepang yang memakan korban yang tidak sedikit, ia berkomentar ringan, “That’s chopstick monument !”..
(tentang kejatuhan Singapura ke tentara Jepang di PD II, saya punya novelnya “Sinister Twilight” yang saya dapatkan karena memenangkan undian dari guru bahasa Inggris saya di ALT 1986 dulu yaitu Steve Kupper-Herr dan Beth Kupper-Herr)..
Ketika saya masih pejabat struktural di Binus tahun 2000 lalu dan sekitar 30 orang pejabat Binus mendapatkan pelatihan Outbound di Tawang Mangu, kami diantar oleh tuan rumah kami UII Yogya untuk berkeliling Yogya dengan disertai oleh seorang guide Ibu-ibu. Itu pertama kali saya memutari Yogya dengan guide.
Si Ibu guide cerita banyak hal yang menarik tentang Yogya, bahwa orang Yogya itu cenderung hidup secara sederhana. Apa yang ada di hari itu, ya dimakan. Kalau nggak ada, ya cuman makan nasi sama sayur bayam saja. Tidak masalah…
Cerita yang menarik lagi di atas bus yang memutari Yogya, si Ibu guide cerita tentang perilaku mahasiswa kost di Yogya. Kebanyakan Ibu-ibu yang buka warung di Yogya sudah hapal dengan perilaku mahasiswa seperti ini. Ketika mahasiswa menyatakan ia sudah selesai makan dan ditanya, “Makan apa saja nak ?”. Banyak mahasiswa yang menjawab begini, “Anu Bu…nasi satu, sayur asem satu, tempe goreng dua, tahu goreng dua”. “O ya nak, semuanya Rp 4.500”, kata si Ibu walaupun si Ibu tahu yang dimakan si mahasiswa adalah 4 tempe goreng (ngakunya 2) dan 5 tahu goreng (ngakunya 2)..
Kata si Ibu guide selanjutnya, untuk mahasiswa yang terpaksa “curang” seperti itu karena merasa lapar tapi kiriman uang belum datang, biasanya beberapa tahun kemudian ketika si mahasiswa telah menjelma jadi orang sukses dan kaya, maka si mahasiswa akan mulai menyadari kesalahannya..
Solusinya ada 2, yaitu pertama: mengawini anak si Ibu yang empunya warung. Kedua: membayar si Ibu dengan uang Rp 10-15 juta berlipat-lipat dibandingkan dengan jumlah uang yang “ditilep” si mahasiswa dulu karena kelaparan dan terpaksa mbayar semampunya…
How come ?
Guide..oh guide..
Recent Comments