Si Nenek

Selama mengajar di Binus hampir 13 tahun, yaitu di sekitar tahun 1995, saya baru menemui hal yang menurut saya “agak aneh” (weird). Tapi, saya tidak bermaksud mencari tahu, sehingga sampai hari inipun di Februari 2008, 13 tahun setelah peristiwa itu, saya masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi…

Di parkiran Binus di dalam mobil, atau di tempat duduk di depan ruang kelas, sebagai dosen saya biasa melihat orangtua yang mengantarkan anaknya kuliah, atau barangkali sekedar menunggu anaknya selesai kuliah. Di tahun 1995 memang belum ada handphone, sehingga komunikasi antara orangtua yang mengantar anaknya yang kuliah dengan anaknya yang sedang kuliah belum selancar sekarang di tahun 2008…

Pada suatu hari, saya melihat seorang nenek tua yang selalu membawa rantang menunggu cucunya kuliah. Kalau si nenek masih belum terlalu tua, alias masih ibu-ibu, mungkin saya tidak terlalu heran. Tapi ini seorang nenek yang usianya kira-kira 70-80 tahunan. Waktu itu kalau tidak salah Kampus Anggrek belum dibangun, dan ruang kelas di Kampus Syahdan belum dilengkapi AC, alias kerasnya suara dosen yang memberi kuliah dengan menggunakan microphone masih terdengar dari luar ruang kelas..

Nenek itu sudah saya lihat sekitar 2 semester ini. Keheranan saya semakin meningkat, karena nenek ini sekarang menunggu di luar ruang kelas dimana saya mengajar Rekayasa Piranti Lunak (RPL) !!!

Saya lalu berandai-andai, mungkin nenek ini menunggui seorang cucunya yang amat sangat disayangi. Kenapa sangat disayangi ? Mungkin banyak alasan. Mungkin ini cucu pertamanya, tapi batin saya menebak bahwa cucu ini dulu waktu kecilnya menderita sakit parah misalnya panas yang hampir-hampir mencabut nyawanya. Oleh karena itu, si nenek pasti sayang banget sama cucunya yang satu ini. Mungkin cucunya seorang mahasiswi, badannya tidak terlalu tinggi, badan agak ringkih, sakit-sakitan, sehingga dibawain rantang segala !!

Alangkah terkejutnya saya !! Pada suatu hari, tanpa sengaja saya mengintip siapa sih di antara mahasiswa saya yang merupakan cucu nenek ini. Ternyata seorang pemuda gagah, tinggi 170 cm, berbadan gempal, ganteng, dan kelihatannya pintar. Saya memandang punggung mereka berdua jalan di koridor depan kelas K1E, bergandengan tangan, alias…si nenek menggandeng cucunya si mahasiswa gagah !!

What a weird view !!!

[Mudah-mudahan si mahasiswa sudah lulus dari Binus, dapat pekerjaan mantap, dan sudah married. Mudah-mudahan sampai hari ini si nenek masih tetap hidup bahagia. Mudah-mudahan…tapi hal itu sudah terjadi 13 tahun yang lalu lho !!!]

8 Comments (+add yours?)

  1. Adhi
    Mar 01, 2008 @ 21:13:37

    Jadi ingat ketika almarhum nenek saya naik KRL sendirian dari Klender mengantarkan makanan ke kost saya di UI depok tahun 1997 dan membereskan kamar saya tiap bulan…

    I miss you grandma…

    Reply

  2. Tri Djoko
    Mar 01, 2008 @ 21:34:06

    -> Mas Adhi : wah sayang nenek dan disayang nenek ya…

    Mungkin bisa dijelaskan mengapa disayang nenek, apa cucu satu-satunya ?

    Sekarang lagi kuliah di UK ya mas ?

    Reply

  3. Tri Djoko
    Mar 01, 2008 @ 21:35:18

    -> Mas Adhi : wah sayang nenek dan disayang nenek ya…

    Mungkin bisa dijelaskan mengapa disayang nenek, apa cucu satu-satunya ?

    Sekarang lagi kuliah di UK ya mas ?

    Reply

  4. Adhi
    Mar 01, 2008 @ 21:55:44

    Saya disayang nenek karena cucu laki-laki satu-satunya 🙂 dan walaupun di SMU dulu superbandel dan dihukum terus sama guru gara-gara suka cabut dan nyontek, tapi saya tidak pernah membantah kata-kata nenek… hehe..

    iya mas Tri saya kuliah di UK sedang research di Perancis..

    Reply

  5. Agung
    Mar 01, 2008 @ 22:22:20

    saya juga dulu disayang ama nenek saya.
    soalnya waktu bayi (kan saya lahir prematur),
    saya harus digendong kalo tidur,
    jadi kalo ditidurkan di ranjang,saya langsung nangis.
    terus kira2 tiap 2jam sekali saya juga harus minum susu.
    jadi ampir tiap malam,mama,nenek,dan papa saya ronda gantian buat gendong saya dan buatkan saya susu.
    wah,saya dolo ngerepotin.
    hehehehe..!!

    dolo wkt saya TK n SD,sering juga dianter dan dijemput nenek saya.
    aduh,
    jadi inget lagi moment2 nostalgia.
    hehehe..!!

    Reply

  6. edratna
    Mar 03, 2008 @ 08:16:39

    Yang aneh adalah sang nenek masih setia sampai si cucu udah gagah perkasa…..dan herannya kok cucunya nggak protes.

    Jadi ingat anak saya, yang saat udah SD kelas V dan sekolah madrasah sore hari, mogok tak mau dijemput lagi sama si mbak. Akibatnya mesti diskusi dan dicapai konsensus, mbak hanya menunggu dari jarak 100 meter, dan membuntuti anak saya menyeberang dan jalan..dengan jarak 100 meter….hahaha…

    Saat menyeberang jalanpun, anakku tak mau digandeng. Jadi saya pake taktik lain…”Nak, ibu tuh takut menyeberang, makanya menggandeng tanganmu…”. Si kecil tersenyum dan menjawab…”Oh gitu ya…ayo, ibu saya gandeng…”

    Reply

  7. tridjoko
    Mar 03, 2008 @ 13:21:16

    Bu Edratna : ya..namanya juga keanehan, jadi sulit dijelasin kenapa..

    He..he..anaknya dari kecil “sudah berbakat” ya ? Itu cerita Mas Ari atau Mbak Ani ?

    Reply

  8. edratna
    Mar 03, 2008 @ 14:33:05

    Bisa ditebak…pasti si sulung, karena pada sekolah madrasah diberi pelajaran, bahwa laki-laki adalah pemimpin keluarga, harus menolong adik dan ibu….hahaha

    Reply

Leave a reply to edratna Cancel reply