Lulus S1 langsung kerja, ngambil S2, atau kerja sambil sekolah

Sebenarnya menjawab masalah di atas gampang-gampang susah, banyak faktor yang perlu dipertimbangkan selulus S1 apakah sebaiknya langsung kerja, nerusin sekolah S2/S3, atau kerja sambil sekolah : 1. Berapa IPK anda ? 2. Apakah anda harus membiayai hidup orang tua atau adik2 anda ? 3. Apakah anda sudah mempersiapkan diri melanjutkan sekolah S2/S3 ? 4. Apakah anda punya pacar yang ngajak nikah segera ? 5. Apakah anda sudah survey tentang beasiswa sekolah di LN atau mengontak seorang professor di department universitas yang anda tuju ? 6. Apakah anda sudah survey tentang beasiswa sambil kerja di LN ?

Dan satu lagi yang perlu diingat, “Opportunity rarely knocks twice”..

Pertama, jika anda lulus S1 dengan IPK yang bagus misalnya > 3.00 apalagi kalau > 3.50 maka sebaiknya anda memutuskan sekolah lagi minimal ke S2. Jika anda punya IPK > 3.50 (cum laude atau honor) mestinya andapun layak langsung sekolah ke S3 tanpa melalui S2..Sayang sekali kalau IPK anda bagus anda langsung kerja.. Langsung kerja mestinya cocok bagi seseorang yang IPK-nya < 3.00 karena bagi golongan orang ini melanjutkan sekolah justru tidak masuk akal dan yang lebih masuk akal adalah bekerja dulu 1-2 tahun baru melanjutkan ke S2..

Kedua, jika anda harus membiayai hidup orangtua atau adik2 anda selepas lulus S1, maka langsung bekerja adalah pilihan yang masuk akal. Jika anda harus sekolah S2 dulu, maka resource yang anda punya sudah habis untuk membiayai keluarga, kecuali anda memperoleh beasiswa termasuk uang saku (stipend) yang besar..

Ketiga, jika anda sudah mempersiapkan diri untuk melanjutkan sekolah ke S2/S3 seperti nilai TPA yang bagus, nilai TOEFL >= 600 (atau IELTS >= 7.5), nilai GRE >= 1800 maka anda sudah membuktikan diri bahwa anda siang sekolah lagi, tidak hanya di DN tapi juga di LN..

Keempat, jika anda sudah punya pacar yang mau ngajak nikah segera dan pacar anda kebelet nikah begitupun anda, maka lebih baik anda menikah dulu dan untuk membiayai keluarga baru anda sebaiknya anda memutuskan langsung bekerja dan menunda keinginan melanjutkan ke S2/S3..

Kelima, kalau anda sudah mengontak seorang professor di department universitas yang anda tuju dan dia memberikan tanggapan dan harapan yang besar, apalagi jika dia menginformasikan disediakan beasiswa pula, maka sebaiknya anda melanjutkan ke S2/S3 dan melupakan bekerja mengingat ini kesempatan jarang (..ingat opportunity rarely knocks twice…)

Keenam, jika anda sudah survey mengenai melanjutkan Master’s atau Ph.D. ke luar negeri sambil bekerja (anda mendapat loan untuk kuliah tapi untuk membayar loan tersebut anda harus sambil bekerja), maka sebaiknya pilihan ini yang diambil karena pilihan keenam ini menjawab semua masalah yaitu bekerja ya melanjutkan studi ya..

Kebetulan saya mempunyai tiga orang keponakan, sebut saja namanya A, L, dan N yang masing-masing menempuh jalannya masing-masing dan saat ini sudah happy dengan pilihannya :

Si A adalah lulusan S1 bidang IT dari PTN ternama di Jawa dengan IPK > 3.00 tapi masih di bawah < 3.5, sehingga A akhirnya memutuskan langsung bekerja mungkin karena langsung bekerja itu pilihan terbaik menurut pendapat A. Saat ini A sudah bekerja selama 3 tahun, mempunyai career path yang mantap, sudah menikah dan kelihatannya mulai settle dengan keluarga yang mantap.

Si L adalah lulusan IT juga dari sebuah PTN ternama di Jawa, dengan IPK > 3.00 tapi masih < 3.50. L selepas lulus langsung bekerja sebagai software developer selama 2 tahun, tapi ketika ada tawaran untuk mengambil program Master’s di suatu universitas di negara yang sangat maju dengan biaya pinjaman dan harus bekerja untuk mengembalikan pinjaman itu, L memutuskan untuk mengambil kesempatan ini karena sejak awal L sudah bercita-cita untuk melanjutkan sekolah di negara maju ini. Saat ini L sudah bekerja di salah satu kota besar di negara maju tersebut sambil menyelesaikan kuliahnya yang tinggal 10 bulan lagi.

Si N adalah lulusan EE dari institut ternama di Jawa dengan IPK > 3.7, selepas wisuda S1 beberapa bulan yang lalu N ditawari beasiswa untuk melanjutkan S2 di institut tempat ia kuliah S1 dulu. Saat ini N sedang menempuh kuliah semester pertama dari program 2 tahun untuk menyelesaikan S2.

Siapakah saat ini (Nopember 2007) di antara A, L dan N yang paling mantap dengan pilihannya ? Mestinya kalau pilihan apakah langsung bekerja, meneruskan sekolah, atau meneruskan sekolah sambil bekerja itu dijalani dengan sepenuh hati dan penuh keyakinan, tentulah masing-masing mereka merasa mantap dengan pilihannya..

Siapakah 5 tahun lagi (Nopember 2012) di antara A, L dan N yang paling bahagia dengan pilihan yang dipilihnya 5 tahun yang lalu (Nopember 2007) ?

I can not tell for sure….tergantung kepada masing-masing untuk memahami bahwa apa yang dipilihnya pada hari ini adalah yang terbaik..

“Opportunitu rarely knocks twice”.. yang namanya kesempatan itu tidak pernah datang dua kali. Jadi, baik A, L atau N bila ketemu kesempatan yang baik sebaiknya langsung diambil saja karena kalau sekarang tidak diambil siapa tahu kesempatan itu tidak pernah datang lagi.. Sekarang tergantung dengan apa yang didefinisikan dengan “kesempatan” itu ?

Semua orang punya cita-cita, seperti misalnya cita-cita saya adalah “muda foya-foya, tua kaya-raya, mati masuk surga”. Maka untuk mengejar cita-cita saya tersebut sewaktu muda saya harus bekerja keras (sehingga bisa foya-foya), mulai mengambil pendidikan lanjutan (S2/S3) dan barangkali memulai bisnis ataupun berinvestasi (agar tua bisa kaya raya), dan tentunya juga mengingat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kita kehidupan, rezeki, berkah, dan rahmah, sehingga sayapun perlu sering-sering “menghadap”Nya dalam bentuk sembahyang, dzikir, puasa, dan sedekah (sehingga mati nanti bisa masuk surga)..

That’s my two cents… (inilah nasihat saya yang barangkali ada gunanya bagi Anda).

Ciao..!

128 Comments (+add yours?)

  1. edratna
    Nov 07, 2007 @ 07:41:19

    Alternatif yang bagus….kalau saya pilih lanjut sekolah. Mengapa saya dulu harus bekerja setelah lulus? Karena ayah ibu sudah tua, masih ada dua adik yang menunggu dibiayai dan saat itu sedang kuliah di PTN…jadi akhirnya bagaimana memilih bekerja yang bisa saving, dan sedikit-sedikit meringankan beban orangtua.

    Reply

  2. tridjoko
    Nov 07, 2007 @ 08:55:11

    Pengalaman pribadi saya dulu malahan harus memutuskan apakah setelah bekerja mau ngambil Master’s dulu atau menikah dulu, maklum udah tunangan. Kalau sekolah dulu kasihan tunangan ditinggal selama 2 tahun, tapi kalau menikah dulu kesempatan sekolah bisa tertunda.

    Eeee..di tengah-tengah pusing ternyata boss saya, Pak Billy Joedono, pindah tugas dan tidak menjadi boss saya lagi. Padahal beliau yang nyuruh-nyuruh saya sekolah lagi. Akhirnya solusi ketemu, dan saya menikah dulu, sekolah bisa dilakukan belakangan (ternyata 4 tahun setelah saya menikah saya akhirnya berangkat ke AS, setelah saya mempunyai 2 puteri yang cantik-cantik)…

    Reply

  3. Nino Menova
    Nov 08, 2007 @ 09:06:59

    Pagi pak,
    maaf nga tau mau naruh comment dimana, ini alamat weblog saya pak ninomenova.wordpress.com

    Terima kasih ya pak..

    Reply

  4. liswari
    Nov 14, 2007 @ 11:13:14

    wah Om kok jadi kayak race gitu ya ..hehehe, gak denk justru motivasi sebenarnya…:-p
    Mmhh kalau kebahagiaan kayaknya berbanding lurus dengan rasa bersyukur kali ya. Pilihan apapun yang sudah dan akan dibuat asal di tekuni dan dijalani dengan sungguh2, pasti akan membuahkan hasil sendiri.
    Semoga 5 tahun lagi (Nov 2012) A, L ataupun N sama2 bahagia dengan pilihannya.

    Reply

  5. tridjoko
    Nov 14, 2007 @ 17:16:00

    Ya mbak Lis, sebenarnya pilihan yang dibuat oleh A, L atau N sama bagus.

    Pilihan tersebut tidak bisa dibalik atau ditawar begitu saja karena itulah kesempatan (opportunity) yang ada di depan mata.

    Ingat teknik “hill climbing” di Artificial Intelligence ? Pilihan terbaik adalah yang terbaik dari berbagai pilihan yang ada di depan mata. Dan pilihan terbaik di depan mata itulah yang harus diambil..

    Selama A, L dan N tidak mengeluh, bersyukur, dan merasa mantap dengan pilihannya, saya pikir masa depan A, L dan N akan sama baiknya.

    One way or another. Isn’t it ?

    Reply

  6. liswari
    Nov 14, 2007 @ 22:07:19

    Om kalau si L yang katanya sedang kuliah sambil bekerja di negara maju mendapat tawaran untuk bekerja tetap di perusahaan tempatnya bekerja sekarang (di sponsori visa kerja H1B), menurut om apa yang L harus lakukan?

    Reply

  7. irfani
    Dec 06, 2007 @ 02:00:08

    tulisan yg bagus, bwt saya.

    sebagai pertimbangan rencana masa depan.

    btw, punya info beasiswa ke gulf ga pak? syarat, lowongan

    Reply

  8. tridjoko
    Dec 07, 2007 @ 00:42:13

    Hallo Irfani : thanks komentarnya.

    Beasiswa ke Gulf sangat jarang untuk CS atau engineering, kebanyakan untuk pendalaman Al Quran, jadi yang eligible kebanyakan anak-anak lulusan pesantren macam Gontrol (untuk S1 di Saudi Arabia, misalnya), atau untuk lulusan UIN Jakarta (untuk S2 atau S3)..

    Itu yang saya ketahui lho. Kalau dari Gulf, kebanyakan malahan tawaran kerja. Itupun kebanyakan bagi Chem. Engineer, Geologists, dan Geophysicists, kebanyakan ke Qatar atau Abu Dhabi..

    Sekali lagi, itu yang saya tahu loh..

    Reply

  9. Resi Bismo
    Jan 10, 2008 @ 00:20:57

    judul yang mantaf nih, sesuai dengan dilema yang saya hadapi.
    Saya sedang menimbang2 apa lanjut s3, sebab projeknya lanjut nih atau pulang ke indo mencari kerja, sebab boring man nungguin experimen di lab.

    Ada saran tidak?

    salam

    Reply

  10. Mohammad
    Aug 18, 2008 @ 10:36:31

    Terimakasih Ca’ atas infonya, doain kita2 agar bisa lancar segala usahanya ( yang terpenting mudah-mudahan tetep semangatz terus)..

    Reply

  11. tridjoko
    Aug 18, 2008 @ 15:25:42

    –> Mohammad :

    Terima kasih kembali…

    Reply

  12. Irwan
    Sep 07, 2008 @ 01:32:41

    Salam kenal pak saya Irwan…meskipun terlambat menemukan blog bapak, terima kasih banyak atas semua cerita bapak, menggugah sekali.
    hingga detik ini saya selalu bercita-cita menjadi dosen pak, hanya saja mengingat biaya S2 ga ada yang murah, saya pending dulu deh cita-citanya he5x… btw untuk point 2&3 saya safe pak(saya bungsu dan alhamdulilah keluarga saya sehat, lalu saya belum menemukan calon pendamping yang cocok hahahaha…) saya baru lulus sastra Jepang unikom bandung dengan ipk 3.00(jauh dari kategori ‘sexy’ ya pak?), kegiatan saya sekarang bagi-bagi ilmu dengan mengajar privat bahasa jepang beberapa anak sma dan Japanese lovers, menurut bapak apa yang sebaiknya saya lakukan untuk beberapa waktu ke depan?(mengingat hasrat untuk meneruskan cita-cita masih tinggi pak). seandainya saya membidik beasiswa S2 ke luar negeri, ilmu apa yang sebaiknya saya ambil selain bahasa jepang(karena susah sekali mencari full scholarship di jepang).
    oiya pak, sebenarnya pengaruh enggak sih faktor gender professor yang kita kontak?
    Terima kasih ya Pak 

    Reply

  13. tridjoko
    Sep 07, 2008 @ 07:28:57

    –> Irwan :

    Hallo mas Irwan, salam kenal juga… Sebenarnya kalau anda lulusan Sastra Jepang, tidak harus lho anda ngambil S2 Sastra Jepang dan nantinya S3 Sastra Jepang juga…

    Anda harus pandai-pandai “bermimpi” dan bayangkan nantinya anda akan jadi apa ? Menurut saya anda bisa kok melanjutkan ke hubungan internasional kajian Jepang, atau bahkan ke Computer Science seperti saya (teman saya di Indiana Univ dulu ada Ph.D student yang S1-nya adalah Sastra Jerman, dia orang Korea dan sudah lulus Ph.D dan sekarang ngajar di Korea, satu teman lagi cewek Taiwan dia dulu S1nya Sejarah !!!)…

    Jadi, perbanyak mimpi anda. Buat Plan A, Plan B, Plan C, Plan D dan Plan E. Hubungi professor di universitas yang anda taksir, kirimi dia email dan nyatakan keinginan anda untuk melanjutkan studi di sana…

    Gender professor nggak ngaruh, tapi MINAT PENELITIAN professor harus match dengan minat anda. Kalau saya boleh memilih, saya akan memilih professor laki-laki daripada perempuan..mungkin karena saya “alergi” terhadap wanita….hahahaha….

    Reply

  14. Irwan
    Sep 09, 2008 @ 01:52:26

    wah, terimakasih sekali masukannya pak… awalnya saya kira jurusan saya(sastra) ya cuma mentok disitu-disitu aja,maklum kurang gaul pak, bertahun-tahun maennya ama kamus kanji melulu hahaha…
    seandainya saya ikut jejak bapak ke computer science, adaptasinya bakalan susah enggak pak? sewaktu kuliah di unikom saya sempet diajarin ilmu komputer juga sih, tapi karena jurusannya sastra jepang, jadi ya cuma pengenalan-pengenalannya aja yang saya dapat(ga terlalu mendalam gt pak)…oiya pak, kira-kira klo di computer science bagusnya saya mengkaji apa?(mohon petunjuknya ya pak he5x)
    mengenai gender jadi ceritanya gini pak, saya sempat nyobain ngontak beberapa professor di sana, meskipun lamaa banget dapet replynya alhamdulilah akhirnya ada juga satu dua professor yang reply, dan beliau-beliau ini menganjurkan saya untuk mencoba bersaing dulu di monbukagakusho… setelah saya sadari koq yang reply tuh professor wanita semua sih he5x
    jangan-jangan “alergi” bapak ada sejarahnya juga nih ^^

    thanks a lot sir

    Reply

  15. tridjoko
    Sep 09, 2008 @ 15:40:07

    –> Irwan :

    Yah..kalau anda ingin “pindah jalur” dari Sastra Jerman ke Computer Science yang anda bisa ambil Spesialisasi Artificial Intelligence dengan sub spesialisasi Natural Language Processing..

    Mengenai gender professor, itu yang namanya kebetulan alias coincidence alias serendipity…

    Reply

  16. Irwan
    Sep 10, 2008 @ 21:03:09

    ooo jd gt ya…

    sekali lagi terimakasih banyak untuk sarannya ya pak ^^

    Reply

  17. Agung
    Sep 15, 2008 @ 14:55:40

    Pak,
    numpang tanya lg.
    pd saat mengontak profesor di univ dan department yg kita tuju,
    apa aja yg hrs dikatakan yah??
    dan kpn wkt yg tepat buat mengontak profesor itu??
    wkt semester akhir??
    ato setelah lulus??
    ato sekarang jg??
    terima kasih sebelumnya..!!

    Reply

  18. tridjoko
    Sep 19, 2008 @ 07:57:41

    –> Agung ;

    Wah..pertanyaan yang sulit….. ;-(

    Sebenarnya ada yang lebih penting dari ngontak professor, yaitu membuat IPK anda semakin “sexy”, begitu juga TOEFL dan GRE anda juga harus “sexy”…

    Pertanyaannya, buat apa ngontak professor in the first place ? Apa point-nya ngontak professor ? What for ?

    Ngontak professor perlu bila :
    a) Anda compete untuk mendapatkan scholarship sehingga anda harus melakukan “beauty contest” di depan pemberi scholarship (university, lembaga donor, dsb)
    b) Anda mau melanjutkan ke Ph.D

    Nah, kalau anda :
    a) Belajar melanjutkan sekolah di sono dengan BIAYA SENDIRI
    b) Cuman ngambil Master

    ya nggak perlu ngontak professor di sono, cukup professor di sini aja…alias Pak Tri Djoko…

    Hahahaha….

    p.s. : Professor itu jabatan akademis yang penting sekali, jangan ganggu beliau-beliau itu dengan hal-hal remeh-temeh, kecuali memenuhi syarat a) dan b) di atas. Hal-hal tetek bengek (nitty gritty) cukup ditanyakan ke Director of Admission dari setiap School/Faculty…

    Reply

  19. Agung
    Sep 19, 2008 @ 18:50:30

    OOOOOOoooooo….!!!!
    yayayayayaya…!!
    mengerti Pak.
    hahahahahhaa…!!

    Reply

  20. tridjoko
    Sep 20, 2008 @ 21:51:23

    –> Agung :

    Setelah saya pikir-pikir jawaban saya ke anda di atas salah lho…

    Anda kenal Nathanael kan ? (Coba baca posting saya “Stanford atau Yale, Pak ?”). Dia bimbingan skripsi saya semester ini dan anak TI-STAT. Dia mau melanjutkan Master/Ph.D ke AS dengan topik disertasi “Behavioral Psychology” atau “Cognitive Science”. Saya tahu ia telah diskusi dengan seorang professor di U. Penn dan saya telah ditunjukkan jawaban Prof di sana yang sudah mengarah ke proposal disertasi gitu….

    Hehehe…cuman saya nggak tahu apakah anda seserius Nathanael, Gung ?

    Soalnya lagi, yang anda akan ambil di S2 kan MBA kan ? Ilmunya terlalu umum dan mungkin sulit untuk berkomunikasi dengan prof di sana kecuali anda tertarik dengan bidang tertentu di program MBA anda nanti…

    Reply

  21. alris
    Feb 02, 2009 @ 20:41:15

    Otak saya sekarang udah gak mudeng buat sekolah lagi, gak tau kalo ada miracle. Eh, kata temen miracle harus diciptakan, betul gak pak?

    Tul… 😉

    Reply

  22. ika
    Feb 20, 2009 @ 14:33:21

    salam kenal pak…
    sungguh ini berita yg sangat bagus skali sehingga membuat saya lebih semangat dan ingin menggapai cita” setinggi mungkin.
    saya putri pertama dari lima bersaudara,hidup dalam keluarga yg sederhana dan sedang kuliah di salah satu universitas di jawa.
    sering kali saya merasa bingung dan putus asa…
    sebagai anak sulung saya ingin bisa meringankan beban biaya ortu….
    oleh kerena itu saya ingin bekerja,tapi saya belum bisa membagi waktu antara aktifitas kuliah yang padat dan keinginan untuk bekerja..
    saya anak yg pemalu & saya sangat merasa bersalah terhadap ortu karena blm bs membantu financial beliau..
    mhon bantuan solusinya,terima kasih

    Ika,
    Jika anda berasal dari keluarga sederhana dan anda anak pertama dari 5 bersaudara, sebaiknya setelah percepat kelulusan anda. Semakin cepat lulus semakin baik. Setelah itu cepat cari kerjaan dan bantu orang tua (minimal meringankan beban beliau)..

    Sebaiknya anda nanti juga menikah dengan anak bungsu, yang tidak punya adik, sehingga pasangan anda juga bisa membantu keluarga anda..

    Masalah lanjut sekolah ke S2 atau S3 bisa dipikirkan sambil jalan. Nanti pasti ada jalannya. When there is a will, there is a way…

    Reply

  23. Levenspiel
    May 28, 2010 @ 21:10:41

    Salam kenal pak

    Saya ingin meminta saran.
    Saat ini saya sedang mengambil S-1 semester 2.
    Katakanlah saya tamat S-1 kira2 pada usia 22-23 thn. Kemudian saya dihadapkan pada pilihan :
    sambung S-2 dulukah atau kerja terlebih dahulu?
    Bila saya menyambung S-2 dulu, kira2 skitar 2 thn, baru saya melamar kerja, pengalaman kerja saya masih belum ada alias mulai dari nol.
    Tetapi bila saya kerja terlebih dahulu, maka S-2 saya mungkin bisa tertunda dan saya sendiri punya target, usia 25-26 thn setidaknya saya sudah S-2. Tetapi kalau S-2 saya betul2 tertunda?? Otomatis target saya juga tidak tercapai
    Nah, bisakah bapak memberi saran, bagaimana cara terbaik untuk mengatasi masalah ini.

    Terima Kasih

    Levenspiel,
    Sebenarnya kata kuncinya, apakah orangtua anda yang membiayai kuliah S1 anda cukup kuat secara ekonomis ? Kalau ya, berarti perlu ditanya lagi apakah orangtua anda cukup kuat secara ekonomis membiayai kuliah S2 anda ? Kalau ya, berarti selepas S1 anda bisa langsung masuk program S2 karena kalau orangtua anda kuat ekonominya berarti anda tidak perlu khawatir apakah bekerja atau sekolah…

    Kalau anda lulus S1 umur 23 tahun misalnya, dan 1,5 tahun kemudian anda lulus S2 (di Binus), maka anda akan lulus S2 waktu umur anda 24,5 tahun…

    Jadi masih tersisa waktu 1,5 tahun bagi anda untuk bekerja atau mencari pekerjaan, dengan demikian target anda supaya dapat S2 pada umur 26 tahun pasti tercapai….

    Reply

  24. baros
    Oct 27, 2010 @ 08:30:55

    Pak, ane bingung neh mow lanjut S2 apa kerja terlebih dahulu.. Umur saya 25th bru lulus S1 kmrn ipk <3.00 menurut bapa apakah yg saya lakukan?? Kerja dulu atau lgsg lanjut se? Trims

    Baros,
    Saya pakai ilmu logika aja ya menjawabnya….karena IPK anda 3.00, syukur-syukur IPK > 3.50

    Reply

  25. a girl..
    Jan 19, 2011 @ 21:18:40

    Pa, sy numpang tanya..
    Emang IPK pengaruh ya ke pilihan ngelanjutin S2 ato kerja?
    kebetulan IPK saya >3,9 tp skrg sy masih dilema mau melanjutkan S2 atau tidak..mengingat tahun ini sy segera lulus S1..
    Sy ada minat mengambil bid studi yg amat jarang di Indo..cuam ada di Oz..tp juga masih ragu akan prospeknya..
    Bgmn ya Pak?

    Chimel,
    Logikanya…iya dong…IPK ngaruh tentang decision mau terus S2 atau langsung kerja. Kalau IPKnya cukup “sexy” seperti Chimel punya yaitu 3.9….wah…wah…wah…sayang banget kalau langsung kerja. Mestinya di US atau OZ sana, kalau seseorang punya IPK 3.9 (apalagi dari PTN sekelas ITB atau UI) tentu sudah “graduated with Honor” tuh…alias lulus dengan predikat cum laude….yang kalau di US sepengetahuan saya….seseorang yang “graduated with Honor” jangankan melanjutkan ke S2….melanjutkan ke S3 (Ph.D program) langsung juga hayuk…..

    Masalah bidang studi yang masih jarang di Indonesia yang akan anda ambil di OZ….you’d be careful….soalnya anda harus perhitungkan nanti setelah lulus mau kerja di mana: OZ atau ID ? Kalau kerja di OZ sih gpp bidang studi jarang di Indonesia…..tapi kalau anda mau kerja di Indonesia setelah lulus….ya sebaiknya ambil jurusan yang paling “hot” di Indonesia saat ini seperti : Commerce, Accounting, Business Administration, ataupun Computer Science….

    Gitu lho Chi !

    Reply

  26. Edi
    May 19, 2011 @ 23:15:51

    Sebelumnya terima kasih atas penjelasannya Pak Joko,

    Setelah saya browsing2 kesana-kemari akhirnya menemukan pencerahaan terhadap pilihan ini,

    Saya adalah tamatan S1 Arsitektur dengan IPK <3.00 kebetulan sesuai dengan anjuran Pak Joko untuk langsung bekerja 1-2 tahun, dan alhamdulillah saya dapat pengalaman sekitar 1,5 tahun di perusahaan konsultan arsitektur (perencanaan) dan 1 tahun pengalaman bekerja secara mandiri (masih di bidang arsitektur juga)

    dan pada saat ini saya merencanakan untuk melanjutkan S2 dalam bidang ini juga, untuk memantapkan ilmu yang telah saya capai, karena dulunya saya berprinsip, bekerja dulu baru mengambil S2 adalah solusi untuk menyingkronkan ilmu di akademis dan ilmu lapangan, dan memang benar, dengan bekerja, teori2 yang diberikan di perkuliahan dulu lebih teraplikasikan dengan baik…

    Namun saya cukup bimbang, karna sewaktu bekerja dulu proyek2 yang ditangani hanya berskala kecil, kemudian belakangan ini saya cukup tertarik untuk masuk di perusahan konsultan dengan skala proyek yang lebih besar dengan tujuan untuk mendapatkan pengalaman di proyek tersebut,

    Pertanyaannya, manakah jalan yang tebaik menurut Pak Joko, mencoba untuk bekerja di perusahaan besar (dengan tujuan mencari pengalaman yang lebih besar) atau mengambil S2 ?? Mohon Pencerahaannya… 🙂

    Thanks Anyway…

    Reply

  27. ayu
    Sep 15, 2011 @ 09:29:44

    saya mahasiswa fresh graduate yang bingung antara cari kerja atu lanjut S2..IPK saya >3,6 dan lebih dari 3.5
    saya bercita-cita ingin jadi dosen akan tetapi saya merasa kemampuan saya kurang dengan IPK hanya segitu.
    saya masih mempunyai seorang adik yang sedang kuliah.mohon saran nya apa yang harus saya lakukan?

    Ayu,
    Sebenarnya “rule of thumb” (patokan kasar) kalau IPK anda segitu, adalah anda segera melanjutkan ke S2 malahan kalao perlu nanti terus ke S3, mumpung masih muda, belum punya pacar, dan tidak ada pacar yang buru2 mau ngajak kawin… Benarkah ? Walaupun info tentang adik anda kurang jelas, tapi info tentang ortu anda kurang jelas : apakah PNS, swasta, dsb, jadi sulit bagi saya memberi saran yang pas buat anda….

    Saya sarankan minimal anda bisa melamar beasiswa ke NUS atau NTU Singapore (cek website mereka ke Google, dan cari pengumuman tentang beasiswa Master). Nah nanti sambil menyelesaikan S2, anda juga bisa mulai “shopping” tentang Program S3 di Singapore atau ke negara lainnya…

    Saran ini dengan asumsi, ortu anda tinggal membiayai penyelesaian kuliah adik anda yang tinggal seorang, dan ortu anda tidak lagi membiayai pengeluaran anda. Biasanya beasiswa ke Singapore (kalau “full scholarship”) semuanya sudah ditanggung, kalaupun ada pengeluaran paling gak sampai Rp 5 jt – Rp 10 jt, sehingga anda masih ada kesempatan pinjem ke Saudara yang mempunyainya..

    Demikian saran saya Yu…..good luck selalu…

    Reply

  28. Fareez
    Feb 01, 2012 @ 06:19:17

    Salam super buat prof. tridjoko,
    Pak, saya adalah mahasiswa PTN jurusan Ilmu administrasi negara semester 4 dg IP >3,5 , saya adalah anak bungsu dari 3 bersaudara ayah saya guru swasta, saya ingin sekali meneruskan studi S2 dibidang yg sama atau setidaknya yg ada hubungannnya krn saya ingin sekali menjadi dosen. namun ada beberapa kendala yg saya temui:
    1. jika saya lanjut S2 bagaimana dg pengalaman kerja saya pak? krn biasanya utk mendapat pekerjaan min. memiliki pengalaman kerja..
    2. melihat dari jurusan saya yang sgt minim jika dilihat dr segi lapangan pekerjaan, saran bapak apakah saya lanjut S2 dalam jurusan yg sejenis (konsentrasi) atau memilih jurusan lain? apa tidak sulit nantinya jika saya pindah jurusan lain?
    3. apa bisa lulusan S1 langsung lanjut ke S3 tanpa S2?

    Fareez,
    Saya belum Prof(essor)….tapi sudah Prov(okator)…hehehe

    Wah…kenapa anda milih Administrasi Negara dulunya ? Soalnya Administrasi Negara itu kan mestinya kerja sebagai PNS, baik di LAN ataupun di Kemendagri. Tapi kayaknya lulusan Administrasi Negara kalau mau kerja di swasta ya gimana ya….mungkin bisa, tapi ilmu Administrasi Negara-nya mungkin tidak terpakai..

    Ini jawaban dari pertanyaan anda :

    1. jika saya lanjut S2 bagaimana dg pengalaman kerja saya pak? krn biasanya utk mendapat pekerjaan min. memiliki pengalaman kerja..
    Jawab : biasanya hanya PTN yang mensyaratkan ada pengalaman kerja setelah lulus S1 dan sebelum memulai S2, kalau anda milih S2 nya di PTS, biasanya persyaratan itu tidak ada. Malah di PTS banyak yang menawarkan YPP = Young Professional Program jadi lulus S1 langsung ngambil S2. Di luar negeri juga tidak ada persyaratan pengalaman kerja bagi lulusan S1 sebelum masuk S2.

    2. melihat dari jurusan saya yang sgt minim jika dilihat dr segi lapangan pekerjaan, saran bapak apakah saya lanjut S2 dalam jurusan yg sejenis (konsentrasi) atau memilih jurusan lain? apa tidak sulit nantinya jika saya pindah jurusan lain?
    Jawab : Sebaiknya anda melamar kerja dulu dengan bekal S1 bidang Administrasi Negara, dari melamar kerja (minimal pengalaman diwawancarai oleh Manajer HRD di perusahaan)…dan cari tahu apa kesan mereka tentang lulusan S1 Administrasi Negara….terus kalau S2 sebaiknya bidang apa….bisa didapat kesimpulan dari wawancara ini (sebagai contoh, S1 saya Statistika tapi saya ngambil S2 Computer Science karena waktu itu saya ngajar di Binus yang kuat bidang Computer Science-nya)…

    3. apa bisa lulusan S1 langsung lanjut ke S3 tanpa S2?
    Jawab : Kalau di universitas luar negeri, biasanya yang lulus S1 nya dengan predikat “Honor” (mungkin setara “cum laude” di Indonesia), dapat melanjutkan S3 langsung tanpa S2. Tapi di universitas2 di Indonesia saya belum pernah dengar lulusan S1 langsung loncat ke S3 tanpa S2. Jadi jawabannya, tergantung….anda mau terus ke universitas di luar negeri atau di Indonesia…

    Reply

  29. Fareez
    Feb 01, 2012 @ 08:40:02

    Hehe..
    saya dulu minat prodi Admministrasi negara krn saya tertarik dg studi tentang Manajemen dan analisis kebijakan prov.
    selain itu saya ingin skali lanjut S2 tentang Human resource…
    ada saran prov?
    Oya Prov kalo misalnya saya nanti lanjut S2 lalu untuk melamar kerja apa kira2 perusahaan tidak berpikir dua kali ya untuk merekrut lulusan S2 mengingat (mungkin) honor/gaji yg diterima harus lebih besar dr lulusan S1?
    Terima kasih ya prov…
    🙂

    Fareez,
    Boleh kok S1 nya Administrasi Negara ngambil S2 bidang Human Resources Management.
    Kalau anda nanti sudah dapat S2 dan melamar kerja, jangan khawatir….semua pelamar di perusahaan tersebut akan punya ijazah S2 dan hanya beberapa saja yang hanya berijazah S1. Itu pengalaman saya sendiri seperti itu….

    Jadi sudah dapat S2, jangan merasa “lebih” karena semua orang yang melamar di perusahaan itu sudah bergelar S2….

    Reply

  30. icha
    Sep 26, 2012 @ 16:22:17

    hallo pa salam kenal. senang bisa nemu dan baca blog ini.

    pa saya mau nanya dan sebelumnya saya mungkin curcol dikit hehe

    saya adalah mahasiswa sastra jepang semester 9 dan sebentar lg lulus diprediksikan ipk saya >3,3 tapi entah kenapa saya kurang percaya diri untuk langsung bekerja apalagi di perusahaan jepang, karna kemampuan bahasa jepang saya minim sekali ditambah lagi bahasa inggris saya pun minim juga jadi saya berpikir sepertinya saya lebih cocok ngambil S2 secara dulu saya masuk sastra jepang karna salah jurusan bukan minat saya jadi saya ingin sekali mengejar cita cita saya yg tertunda cuma rasanya tidak mungkin karna minat saya itu adalah bidang kesehatan.saya harus gimana pak sedangkan saya adalah anak sulung dari 4 bersodara adik pertama saya sekarang kuliah dan 2tahun mendatang adik kedua saya kuliah juga. untuk nikah saya belum siap selain belum punya calon juga. saya
    u minta sarannya apa yang harus sa

    ya lakukan untuk ikut beasiswa S2 saya pun ga pede karna saya tdk punya kemampuan bahasa inggris yg bagus

    terimakasih

    Reply

  31. Ruslimin
    Nov 02, 2012 @ 07:45:34

    salam kenal aja pak…………………….
    saya baru saja lulus dari salah satu PTN dengan ipk 3,84 dengan predikat cumlaude pada jurusan pendidikan matematika. saya bercita cita menjadi seorang dosen, tp untuk menjadi dosen pendidikan minimalnya kan harus s2 terlebih dahuluh. saya sangt mnginginkan lanjut s2, akan tetapi saya dihdapkan dengan masalah biaya. kalau saya lanjut s2 dengan biaya sendiri rasanya nda munkin.saya suda lama mencari beasiswa s2, tp sampai skrg belum dpt2.olehnya itu saya sangt menghrapkan solusi dari bapak terhadap masalh yang saya hadapi sekarang.
    sekedar informasi saya adalah anak bugsu terus belum ada wanita yg segera mau dinikahi.hehehe.

    Reply

  32. tita
    Apr 04, 2013 @ 21:17:37

    Malam Pak, saat ini saya sedang sangat membutuhkan saran.Saya lulus s1 pendidikan matematika dengan ipk >3,8 diusia 23 tahun. Saya sedang bingung untuk melanjutkan s2 pend. matematika atau tidak. Saya juga sudah berusaha mencari beasiswa dalam negeri. Akan tetapi info beasiswa yang saya dapat mengharuskan saya diterima di pascasarjana dan saya harus membayar biaya regristrasi sekitar 15jt( plus biaya semester 1)
    Yang membuat saya ragu adalah biaya yang harus di.bayarkan dan melihat ekonomi keluarga yang saya tidak tega untuk meminta
    uang sebesar. Saya sudah konsultasi dgn ortu dan mereka memang kesulitan Mencarikan uang. sehingga saya ragu untuk melanjutkan s2. Dimana prospek s2 setelah saya lulus juga masih belum saya kethui jelas. mohon sarannya.

    Reply

  33. Lia
    May 03, 2013 @ 09:42:21

    salam..
    (senang rasanya bisa menemukan blog ini 🙂 Terimakasih utk membahas masalah tersebut)
    saya sedang dilema pak
    saya mahsiswi jurusan hukum S1 yang lulus dgn IPK 3.51, hampir sama dengan masalah2 di atas, saya dilema antara kerja dulu atau S2 dulu dengan biaya sendiri atau (kebetulan dibuka) beasiswa utk calon dosen sedangkan saya sedikit meragukan kemampuan saya menjadi dosen (belum terpupuk saya rasa). Jika mengenai biaya sendiri, sejujurnya juga lumayan berat. Saya juga tidak begitu mengerti S2 nanti apakah juga ada jurusan2 seperti S1 dan kebetulan saya Jurusan H. Pidana, kemudian S2 nanti saya harus mengambil jurusan apa..hal tsb membingungkan saya. Dan jika saya bekerja, harapan saya ingin bekerja di suatu perusahaan yang berhubungan dengan bidang saya tetapi saya belum memiliki pengalaman bekerja dan kira2 diperusahaan apa yang menerima S1 Hukum? Keinginan terbesar saya dapat bekerja sekaligus membiayai kuliah S2 saya.
    saya anak terakhir dan sodara2 saya lainnya sudah bekerja. Saat ini juga belum ada calon yg mengajak saya menikah segera.
    mohon sarannya pak.
    (maaf jika bahasa saya yang acak adut karena kondisi saya yang hampir galau ini pak 😀 Terimakasih.)

    Lia,
    Wah…berat juga menjawab pertanyaan anda, karena anda sendiri juga sedang bingung…hehe…
    Saran saya, setelah lulus lebih baik bekerja dahulu, mungkin bisa sebagai Legal Staff, atau sebagai HRD Staff. Karena anak saya lulusan H. Pidana dulu pekerjaan pertamanya juga di Asuransi sebagai Complaint Staff, lalu pindah ke perusahaan perdagangan sebagai Legal Staff, baru pindah lagi ke perusahaan Asuransi lainnya lagi sebagai HRD Staff.

    Mengambil S2 itu biasanya kalau tujuannya sebagai Dosen, kalau anda tidak berminat menjadi Dosen ada kemungkinan S2 anda akan sia-sia saja. Makanya pertama yang harus ditanya adalah diri anda sendiri, apakah anda mau jadi dosen atau bekerja di perusahaan lain ?

    Saya belum menemukan Sertifikasi Hukum, kecuali Notaris (gelar profesi : CN, Certified Notary). Nah, kalau tidak mau jadi dosen, cobalah sekolah Profesi Notariat di UI atau dimana saja anda mau…
    Sekian Lia, mudah-mudahan sudah tidak galau lagi…

    Reply

  34. Mei
    Jun 26, 2013 @ 15:06:09

    Wah membaca comment2 diatas saya jadi merasa punya banyak teman dengan kegalauan yang sama…
    pak saya juga mau minta nasihat,, saya lulusan sastra Inggris UGM, IPK nya 3,5… sekarang saya bingung mau melanjutkan S2 atau bekerja.. saya anak bungsu, saya pengennya jadi dosen tapi untuk S2 saya kasihan juga sama orang tua, kan biaya s2 tidak murah, saya pengen lanjut dengan mencri beasiswa ke LN tapi orang tua tidak membolehkan.. nah pertanyaannya, jika saya tetap ingin menjadi dosen jurusan apa yang perlu saya ambil untuk S2 saya, saya juga mohon diberikan informasi mengenai jenis2 beasiswa dalam negeri untuk S2 agar saya tetap bisa menjadi dosen sesuai cita2 saya tapi saya juga tidak perlu keluar negeri sesuai dengan yang diinginkan orang tua saya… terimakasih…

    Mei,
    Kayaknya ini masalah lingkaran yang susah dijelaskan ya…hehe
    Begini, kalau anda ingin S2 di dalam negeri, sebaiknya yang linear dengan gelar S1 anda, ya berarti S2 Sastra Inggris.
    Nah beasiswa untuk di dalam negeri, itu namanya BPPS, yang mengeluarkan Kemendikbud. Salah satu syaratnya, anda harus sudah menjadi dosen, baik di PTN ataupun PTS.
    Nah, biasanya menjadi Dosen kalau cuman modal S1 kan susah, maka harus S2 dulu. Sedangkan kalau S2 dulu, anda tidak punya biaya (kasihan orang tua, saya setuju), terus mencari beasiswa ke luar negeri (yang mestinya lebih mudah didapat), orang tua tidak setuju.
    Jadi ya susah, karena anda menghadapi 3 hambatan sekaligus : 1) tidak punya biaya S2, 2) belum terdaftar sebagai dosen PTN atau PTS, 3) orang tua tidak setuju.

    Solusinya menurut saya, anda nikah dulu, dapat suami yang baik dan bisa membiayai S2 sambil anda mengasuh baby. Baru melamar ke PTN atau PTS.
    Atau solusinya, melamar ke PTN atau PTS dengan ijazah S1 anda.

    Ini yang disebut “Against All Odds“….seperti judul film….:)

    Reply

  35. ideashoper
    Jun 28, 2013 @ 09:52:49

    Wah terimakasih pak, sebuah pencerahan yang sangat berarti.
    hehe,.. bapak lucu sekali..
    masa saya harus marriage in purpose begitu.. tapi ya nggak apa- apa sebenarnya kalau dapatnya sesuai dengan tujuan tersebut. Tapi mungkin saya akan nekad mengaplikasikan solusi kedua bapak..
    Kalau beasiswa swasta dalam negeri jarang sekali ya pak? atau malah tidak ada? hehe…

    Mei,
    Beasiswa swasta dalam negeri bukannya nggak ada lho. Setahu saya di universitas tempat saya ngajar, dosennya bisa sekolah ke LN dengan biaya PTS, begitu juga di PTS saingan kami stafnya juga banyak disekolahin ke LN. Cuman ikatannya 2n+1 kalau sekolah ke LN, dan 2n kalau sekolah di DN.
    Nggak tahu ya di PTS lainnya, tapi di PTS besar pasti ada beasiswa dari intern.

    Reply

  36. ideashoper
    Jun 28, 2013 @ 19:16:00

    oh gitu, berarti PTS nya harus besar… masuk PTS besar dengan modal ijazah S1 wow sekali ya… hehe…
    maaf pak saya tanya sekali lagi, menurut bapak saya lebih baik melanjutkan S2 Sastra Inggris lagi (Linguistik) atau Pendidikan Bahasa Inggris? Ibu saya guru pak,jadi maunya saya pindah jurusan ke pendidikan untuk S2. Apa tidak apa- apa ya pak nantinya? terimakasih pak sebelumnya…

    Ashi,
    Wah…saya tidak berkompeten menjawab nih, karena itu secara langsung bukan bidang saya.
    Kalau Ashi S1-nya Sastra Inggris (English Literature), ya idealnya S2-nya tetap Sastra Inggris, supaya tetap “linier”.
    Lha kalau mau pindah S2 Linguistik (Linguistics) atau Pendidikan Bahasa Inggris (TESL/English Education), ya silahkan saja, dengan resikonya masing-masing lho.
    Sebenarnya yang perlu Ashi selidiki adalah dari ke-3 jurusan S2 itu (Literature, Lingustics, TESL), mana yang paling banyak menawarkan pekerjaan….itulah kemana masa depan Ashi harus diarahkan….

    Reply

  37. ideashoper
    Jun 29, 2013 @ 09:47:14

    oh iya, saya mengerti sekarang pak… (nodding)
    terimakasih banyak ya pak, atas bantuannya sejauh ini.. 🙂

    Reply

  38. lia
    Jul 07, 2013 @ 06:14:25

    Senang sekali menemukan tukidan bpk ini. Saya dilanda kegalauan juga pak. Smoga bpk bsa mmberi saran kpda saya. Umur saya udah 28 alhmdulillh sudah bekerja. Saya sbnrnya pengen lanjut S2 dan akhirnya saya beranikan diri mengontak dosen di salah satu univ. di malaysia, beliau merespon baik. Di univ trsbt qt bekerja utk dosen tsbt jadi S2 qt gratis dan ada uang bulanan pula. Yg sya bingungkan ibu saya minta saya utk mnikah (blom ada calon juga sih pa hehehe) mengingat umur saya. Tapi knapa yaaa keinginan saya lanjut s2 lbh kuat dr mnikah. saya bnr2 bingung dngn kputusan yg harus saya ambil pa. Mohon saran dan pendapatnya.

    Lia,
    Senang sekali juga Lia bertanya masalah ini, biar memperkaya postingan saya ini dan komentar-komentarnya.

    Sebenarnya maksud pendidikan S2 kan – menurut pemerintah – memperpanjang antrian agar lulusan perguruan tinggi tidak segera masuk dunia kerja, karena kadang-kadang jumlah pekerjaan yang ada bagi lulusan baru perguruan tinggi sangat terbatas. Maka didirikanlah pendidikan S2. Itu beberapa tahun lalu.

    Tahun-tahun sekarang ini ekonomi Indonesia sudah agak maju jadi menemukan pekerjaan lebih mudah, nah berarti apa sekarang gunanya pendidikan S2 ? Yaitu untuk memperkuat landasan keilmuan kita, walaupun kita sudah menjadi pegawai. Makanya, alumni S1 yang mengambil S2 semakin banyak. Kalau trend-nya untuk universitas tempat saya mengajar S2 : mahasiswa yang baru lulus S1 akan mengambil program S2 reguler yang pertemuannya setiap hari (di universitas ini memang belum ada program S2 eksekutif), sedang mahasiswa yang sudah lama lulus S1 dan sudah mantap pangkatnya di bidang pekerjaan, akan cenderung mengambil program S2 Online, yang kuliahnya cukup membuka website dan menjawab pertanyaan dan menyerahkan pertanyaan tersebut sebelum “due date”-nya…

    Masalah S2 atau menikah ? Memang saya mengamati, posisi perempuan di Indonesia agak sulit mendapatkan calon suami. Pertama, di Indonesia perempuan “pamali” (ora ilok, tabu) “menembak” lelaki duluan. Kedua, kadang si perempuan sudah berani “menembak” lelaki, tetapi si perempuan jadi mikir-mikir karena punya orangtua yang punya 1000 kriteria buat sang calon suami nanti. Jadi masalahnya tidak segampang itu.

    Tapi message di posting ini Lia, kalau anda sudah lulus S1 dan sudah bekerja, tetapi belum ada rencana buat menikah segera, maka sebaiknya anda segera mengambil S2. Tidak perlu menunggu apa-apa, langsung mendaftar S2 saja. Apakah S2 di dalam negeri atau S2 di luar negeri, tergantung situasi keluarga (orang tua). Kalau keluarga membolehkan, ya ambil S2 di luar negeri adalah pilihan yang patut dipertimbangkan dengan serius. Kalau Lia sudah menghubungi universitas di Malaysia, wah itu bagus. Bisa juga ditambah menghubungi NUS (http://www.nus.edu.sg/admissions/graduate-studies/scholarships.php) atau NTU (klik di sini : http://admissions.ntu.edu.sg/graduate/scholarships/Pages/default.aspx).

    Begitu Lia, saran saya. Semakin cepat Lia mengambil S2, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, semakin baik. Selamat mencoba dan semoga sukses…

    Reply

  39. santi
    Jul 17, 2013 @ 11:57:41

    selamat siang pak..
    saya baru lulus SMA nih.. saya mau melanjutkan kuliah di PTS.. karena daftar di PTN ngga lolos..saya bingung antara mengambil sastra inggris atau akuntansi.. karena nantinya saya akan melanjutkan s2 . saya mau nanya s2 apa yang diambil jika saya lulusan sastra inggris atau akuntansi..
    terima kasih

    Santi,
    Sastra Inggris atau Akuntansi, keduanya sama baiknya, asalkan anda nanti kuliah dengan serius, pasti karier anda akan meningkat.
    Tentang Sastra Inggris, biasanya ada 3 bidang peminatan : a. Literature, b. Lingustics, dan c. English Education (di Amerika disebut TESL). Anda bisa memilih salah satu bidang yang anda paling minati. Begitu juga nantinya anda bisa ngambil S2 meneruskan bidang yang ada.
    Tentang Akuntansi, ini juga sangat menarik. Saran saya nanti anda ngambil lagi S2 Akuntansi, terus ngambil Sertifikasi lanjutan seperti : CIA (Certified Internal Auditor) atau CISA (Certified Information System Auditor). Saya sendiri pernah ngambil CISA.

    Reply

  40. Fina
    Jul 17, 2013 @ 13:49:34

    Terimakasi atas infonya pak .
    Saya juga dilanda masalah ini pak, mohon sarannya.
    Saya mahasiswi teknik elektro bidang telekomunikasi semester 8, kemungkinan lulus september 2013 dengan ipk >3.5. Saya masih bingung antara melanjutkan kuliah S2 atau langsung bekerja. Saya memiliki mimpi untuk bisa melanjutkan S2 di LN dengan jalur beasiswa setelah itu bekerja di perusahaan telekomunikasi disana (walaupun kemungkinan mendapatkan beasiswa ini cukup sulit saya pikir karena saat ini saya masi belum menyiapkan semuanya termasuk menghubungi professor atau mencoba apply beasiswa). Tapi orangtua berbeda pendapat dan menyarankan saya untuk langsung bekerja, karena menurut beliau mendapatkan kerja sekarang ini bukan hal yang mudah, dan takutnya lulusan S2 tetap susah mendapatkan pekerjaan.
    Berdasarkan peluang, lebih baik saya S2 sesuai mimpi saya atau mengikuti saran orang tua untuk bekerja?
    Mohon pencerahannya, terimakasih sebelumnya. 🙂

    Fina,
    Saya mempunyai jalan kompromi yang membahagiakan diri anda sendiri, maupun membahagiakan orang tua anda. Saya dalam memberi saran ini seolah-olah Fina adalah putri saya sendiri, jadi saya akan mencoba mencari solusi yang maksimal.
    Sebaiknya Fina melamar ke Nanyang Technological University (NTU) di Singapore, mungkin perlu menyurati mereka dari sekarang. Fina nanti bisa mendapatkan “full scholarship” dari mereka : membayar tuition fees, health insurance, travel expense (tiket pesawat pp), dan stipend (uang saku bulanan), mungkin book allowance juga. Setelah lulus S2 dari NTU yang memerlukan waktu 2-2,5 tahun, anda akan diminta bekerja lebih dulu di Singapore selama 2n (mis beasiswa 2 tahun, ya anda harus bekerja 4 tahun), jadi ini optimal sekali : anda bisa lulus S2 dari Singapore, dan dapat pekerjaan di Singapore pula.
    Karena IPK anda di atas 3.5, saya yakin anda akan bisa dengan mudah diterima di NTU, yang penting anda punya tekad kuat dan bulat, didukung oleh restu orangtua.
    Singapore itu dekat, cukup 2 jam perjalanan juga sudah sampai. Ortu kalau mau nengok anda di sana juga cuman berbekal passport, karena masuk Singapore kan tidak perlu Visa, Visanya adalah Visa On Arrival.
    Semoga sukses dan Salam…

    Reply

  41. siska
    Jul 24, 2013 @ 18:21:35

    Selamat malam pak..
    Akhirnya saia nemu juga topik yang sesuai dengan kegalauan saia saat ini..

    Saia lulusan Sistem Informasi dri universitas swasta di manado dgn IPK 3.80 pada Mei 2012.. Kmudian saia lanjut kerja proyek (freelance) d manado selama 5 bulan.. Awal tahun 2013 saia kembali ke kota saia di Ambon dan berencana untuk mengikuti seleksi CPNS yang akan diadakan bulan September ini.. Jadi dari awal tahun sampai saat ini saia belum bekerja.
    Tiba2 bbrp hari yang lalu saia ditawari oleh ibu saia untuk melanjutkan S2 d Jogja. Saia bingung karena saat ini saia sudah memantapkan hati saia dan mempersiapkan diri dgn bljr untuk mengikuti seleksi CPNS. Kedua orang tua saia bekerja sbg PNS (tapi ibu saia memiliki jabatan yang ckp menjanjikan di kantor), dan adik saia masih kuliah semester 7.

    Apakah saia harus menerima tawaran ibu saia untuk lanjut S2, atau tetap mengikuti seleksi CPNS sesuai dengan rencana awal saia??
    Dan jika saia lanjut S2, sebaiknya jurusan apa yang saia ambil? Saia tipe orang yang suka kerja kantoran.

    Terima kasih sebelumnya 🙂

    Siska,
    Selamat pagi Siska…
    Hmmmm….yang jadi dilema bagi Siska adalah waktunya bersamaan, antara melanjutkan S2 atau ikut test CPNS, ya berarti Siska harus pilih salah satu. Kalau saya jadi Siska, saya akan mendahulukan kesempatan ngambil S2, toh menjadi CPNS bisa sampai umur 35 tahun, jadi masih banyak waktu untuk Siska. Nanti pas sudah S2, melamar CPNS pasti lebih mudah daripada hanya bermodal S1.
    Kenapa Yogya, kok bukan Jakarta saja ? Kalau UGM mungkin ok, dan jurusan yang cocok dengan Siska biar “linear” ya ngambil MMSI (Magister Manajemen Sistem Informasi). Kalau benar MMSI, universitas tempat saya mengajar sekarang juga menawarkan program MMSI, bahkan bisa Online alias studi jarak jauh. Jadi kalau MMSI Online yang diambil, Siskapun sebenarnya bisa ikut test CPNS di Ambon/Manado…
    Begitu Siska, saran saya…

    Catatan : saat ini saya membimbing Thesis S2 MMSI Online, dari peserta di seluruh Indonesia

    Reply

  42. siska
    Jul 29, 2013 @ 12:28:44

    Terima kasih pak untuk sarannya.. Sangat membantu saia untuk memikirkan pilihan mengambil S2 dengan lebih serius..

    Saia masih punya beberapa pertanyaan, pak..
    1. Apakah jurusan MMSI ini banyak berhubungan dengan coding? Maaf saia menanyakan ini karena jujur saia tidak terlalu tertarik dengan coding dan memang agak lemah dalam mata kuliah tersebut. 😦
    2. Saia sudah mencari info tentang kuliah MMSI online dari universitas bapak, dan dari website resminya ditulis bahwa pendaftarannya sampai tgl 22 Agustus 2013 (Gelombang 4).
    Jika seandainya saia terlambat mendaftar, kapan pendaftaran gelombang ke 5 akan dibuka? Apakah pendaftaran S2 online dibuka setiap jangka waktu 6 bulan? atau kurang dari itu?
    3. Koneksi internet di kota Ambon sendiri masih jauh dari memuaskan. Menurut bapak, jika saia jadi mengambil program S2 online, apakah saia bisa tetap belajar online mengandalkan koneksi modem seperti saat ini ataukah lebih baik saia mulai menggunakan jaringan internet LAN dari Telkom ( Telkom Speedy misalnya )?

    Terima kasih sebelumnya..
    Maaf jika saia banyak bertanya..

    Siska,
    1. Tidak kok, MMSI jauh dari masalah coding, apalagi di S2 sudah tidak ada coding lagi.
    Yang dibahas kebanyakan yang strategis saja.
    2. Justru kalau Siska dari Ambon mau ikut MMSI Online dari Binus, kita pengin tahu seberapa
    buruk sih, kalau memang bener buruk, koneksi internet ke Ambon ? Coba pilih sambungan
    internet yang tercepat, misalnya Speedy. Kalau masih lambat, nanti kita cari solusinya
    misalnya memberi bahan kuliah melalui Pos atau Tiki ? Nanti kan Siska punya banyak teman
    sekelas, dari seluruh Indonesia, bahkan beberapa dari luar negeri (walaupun masih orang
    Indonesia juga)…

    Reply

  43. Fian
    Aug 20, 2013 @ 13:29:44

    selamat siang pak..
    sebelumnya terimakasih atas postingan bpk karena membantu mencerahkan pikiran saya..

    perkenalkan saya fian, saya lg bingung dan butuh saran dari bpk jika bersedia..

    begini pak permasalahan saya.. saya berkeinginan melanjutkan s2 di luar negeri tp saya bingung dengan jurusan yg akan saya ambil.. sebelumnya saya lulus s1 hukum perdata (perburuhan) dan sekarang bekerja di bidang Event Organizer ( tidak berhub. dengan kuliah yg saya tempuh =) )

    pertanyaan saya :
    1. saya pengen kuliah s2 yg teori 30% dan selebihnya praktek jd setelah lulus saya sdh mempunyai keahlian, maka dari itu saya membutuhkan beberapa pencerahan dari bpk mengenai beberapa jurusan s2 diluar negeri yang nantinya saya dipermudah untuk mendapatkan pekerjaan atau langsung kerja di luar negeri ( disamping nilai kuliah saya nanti )

    2. negara mana atau universitas mana yg bisa menampung keinginan saya diatas ?

    3. menurut bpk, cara pemikiran saya benar atau tidak ?

    sekian pak pertanyaan dari saya.. terimakasih sebelumnya.. cheerss =)

    Reply

  44. mei
    Sep 15, 2013 @ 09:54:10

    Assalamu’alaikum
    Pak, mau nanya..Saya lulusan dari S1 Pendidikan Bahasa Daerah. Saya mempunyai keinginan untuk melanjutkan kuliah di luar negeri (Kalau ada beasiswa), tapi saya masih bingung dalam memilih bidang study S2-nya (Karena saya tidak memiliki minat pada bidang bahasa dan sastra, tapi masih ada minat dalam bidang pendidikan). Menurut bapa, bidang study S2 yang bisa saya ambil apa aja yaa?? Oh iya, saya juga senang dg pelajaran matematika, karena keinginan orang tua saya jadi masuk jurusan bahasa daerah karena dianggap prospektif, tapi saya merasa kurang enjoy menjalaninya, apakah saya bisa kuliah di LN, tapi bidang study S1 tidak linier dg S2..Mohon saran dan pencerahannaya, terima kasih.

    Mei,
    Waduuuuh….Pendidikan Bahasa Daerah, dan ingin melanjutkan S2, kalau bisa di luar negeri ?
    Saya masih belum melihat keterkaitannya, dan kalau saya melihat keterkaitannya nanti tidak linier anda S1 dan S2-nya.
    Saran saya jangan nyeberang ke Matematika, karena belajar Matematika di luar negeri juga susah. Lebih baik mengambil Studi Kawasan Asia Tenggara (South East Asian Studies, atau South East Asian Languages).
    Coba deh lihat di National University of Singapore (NUS) di http://www.nus.edu.sg…..siapa tahu mereka menyediakan beasiswa, atau minimal partial scholarship…
    Tetap semangat dan maju terus Mei….

    Reply

  45. mei
    Sep 17, 2013 @ 03:34:27

    Iya nih Pak, sekarang lagi semangat nyari beasiswa. Biarpun ngga di luar negeri minimal ya di dalam negeri, tapi maunya sih nyobain sekolah ke luar negeri..hehe. Oh iya, kata dosen saya sih bisa ikutan beasiswa ke Leiden university di Belanda, tapi ikutan program asian studies. Kalau menurut bapa, jika saya ngambil study manajemen pendidikan atau teknologi pendidikan misalnya bisa ngga ya?, atau mungkin bapa punya saran lain, mohon pencerahannya lagi Pak, terima kasih atas responnya.

    Reply

  46. Anja Arowana
    Jan 18, 2014 @ 15:24:22

    iya bener banget ni tulisannya. aku mahasiswa udah semester lima, kadang masih terbersit perasaan ragu2 mau jadi apa. tapi aku pingin banget jadi rektor universitas. rektor muda kalo bisa.

    btw mampir diblog ane 🙂

    Destria a.k.a. Anja,
    Wah…cita-cita yang bagus….bisa dikejar terus tuh Des….hehe..
    Saya doa’kan selalu untuk kesuksesan Destria…

    Reply

    • saka
      Jan 28, 2014 @ 07:10:56

      Lumayan memberi pencerhan 🙂
      Kalo permsalahn aku ya pak, aku perempuan lulus s1 pendidikan geografi tahun 2013, ipk >3,00 tdinya aku ibgin lgsg lanjut s2 ttpi krn blm bs kmrn sy bkerja dlu mjd guru geografi.stelah sy geluti keinginan sy utk lnjut s2 mlah mkin mjdi. Krn sy ingin bkerja dsebuah badan yg berhubungan dg geografi.shingga sy ingin memilih s2 ny geografi murni yg d ui. Ttpi ortu memikirkan biaya hdp dsna dan jg kberatan ms sy dr pendidikan lriny k murni.sdkn sya mrsa kurang sreg utk mjdi guru. Mhon saran y pak terima kasih.

      Saka,
      Kalau saya jadi kakaknya Saka atau bapaknya Saka, tentu saya akan sarankan supaya Saka mengambil S2 Geografi di UI, biar tetap mendalami bidang Geografi murni, dan biar bisa linear nanti ilmunya.
      Cuman yang menjadi masalah kan sekarang biaya sekolah S2 di UI. Tetapi yang penting biaya awal saja kok, tentang biaya kuliah, saya dengar di Dikti ada beasiswa khusus untuk non-dosen, saya lupa namanya, tetapi bunyinya mirip “DKPP”, “SKPP” atau sejenis itu. Saya juga belum nemu websitenya. Tapi intinya, siapapun yang diterima sebagai mahasiswa S2 dan sudah masuk program, biaya kuliahnya bisa diganti dengan program beasiswa dari Dikti ini.

      Tetapi saya juga saran, kalau bisa mengambil S2 masih disambi kerja Saka, entah jadi Guru atau Dosen atau kerja apa saja, biar tetap ada pemasukan, sekalian sambil memberi sinyal kepada orangtua bahwa Saka tidak berminat membebani sepenuhnya ke orangtua.

      Salam dan good luck !

      Reply

      • saka
        Jan 30, 2014 @ 15:22:28

        Terimakasih pak saranya:) kalau sudah ad info beasiswanya mhn info ya pak..sy jg skrg sembari mncri info beasiswa.

        Saka,
        Ini ada info beasiswa, saya kirim japri via email

  47. steffani
    Feb 12, 2014 @ 09:31:22

    Mau tanya.. kan saya lulusan S1 Administrasi Negara, kalau mau ambil S2 Manajemen bisakah? Kalau tidak bisa, kira2 ambil apa ya? Karena saya berencana ambil beasiswa S2 di luar negeri. Terima kasih

    Steffani,
    Kalau Steffani mau jadi dosen, sebaiknya jurusan Steffani di S1 dan S2 “linear” alias sama atau mirip. Kalau S1 Steffani Administrasi Negara dan S2 Steffani Management, tentu menjadi tidak linear.

    Saya sarankan Steffani ambil aja Master’s in Public Policy atau Public Affairs, itu masih dipandang linear dengan Administrasi Negara. Nanti Steffani bisa bekerja di Pemerintah, BUMN atau menjadi Dosen.

    Mengambil Master’s in Management, tentunya bisa juga. Cuman Steffani akan kehilangan kesempatan menjadi dosen, yang menurut peraturan di Indonesia (SK Mendikbud) mempersyaratkan adanya “linearitas” jurusan S1 dan S2.

    Demikian my two cents, Steff…..good luck !!!

    Reply

  48. Arlex
    Feb 15, 2014 @ 02:48:27

    i n s p i r i ng

    Reply

  49. April
    Feb 21, 2014 @ 13:54:33

    Saya mahasiswa S1 jurusan pendidikan matematika yang InsyaAllah lulus mei 2014 dg IPK >3,5. Saya ingin melanjutkan studi ke S2, tapi saya masih bingung nih pak, sebaiknya saya ambil jurusan yang sama atau jurusan lainnya ya? saya sih lebih suka ke komputer2 gitu. Saya mohon saran dari Bapak jurusan yang sebaiknya saya ambil dan prospek ke depannya. Kalo bisa universitas yang recommended sekalian ya pak, hhehe. Terima kasih sebelumnya pak

    April,
    Sebenarnya tergantung anda nanti mau meniti karier di bidang apa ?
    Kalau anda mau jadi dosen, maka latar belakang pendidikan anda harus “linier” jadi kalau S1-nya Pendidikan Matematika ya S2-nya harus Pendidikan Matematika juga. Universitasnya bisa di UNJ atau UPI kalau anda tinggal di Indonesia. Atau kalau nilai Toefl anda tinggi anda bisa mencoba bersaing untuk mendapatkan beasiswa AMINEF, dan pilihkan Indiana University at Bloomington, Department of Mathematical Education….hehe…
    Tapi kalau anda mau meniti karier di bidang yang lainnya, tentu S2-nya tidak harus “linier” terhadap S1 anda dan anda boleh mengambil bidang S2 seperti “Magister Teknik Informatika” di Binus ataupun “Magister Manajemen” di universitas-universitas lainnya…

    Reply

  50. Haekal
    Apr 10, 2014 @ 08:46:56

    Hallo pak, saya adalah mahasiswa yang baru lulus dari jurusan jurnalistik, Unpad Jatinangor dan baru lulus setelah 14 semester, karena sempat banyak disibukkan dengan berbagai macam hal sehingga saya terpaksa lulus dengan IPK 2,80. Saya masih bingung antara langsung bekerja, atau S2 terlebih dahulu, tapi kebanyakan orang di sekitar saya menyarankan untuk langsung S2. Sayangnya, beberapa jurusan di beberapa kampus yang ingin saya tuju justru hanya menerima mahasiswa dengan IPK > 3,30 sehingga saya semakin bingung. Hehehe.
    Yang ingin saya tanyakan, apakah masih memungkinkan untuk melanjutkan studi S2? Dan bagaimana peluang saya mendapatkan scholarship untuk misal melanjutkan studi di luar negeri?
    Terima kasih sebelumnya, pak. Saya iseng-iseng saja sebelumnya sedang blog walking, tiba-tiba menemukan pencerahan melalui blog bapak,

    Haekal,
    Berarti masalah anda sama dengan saya dulu waktu mau melanjutkan studi S2 di dalam negeri karena IPK S1 saya hanya 2,59. Akhirnya saya belajar Toefl, GRE dan sebagainya dan bisa melanjutkan studi ke US. Jadi saran saya, gak perlu nunggu lagi, ambil aja beasiswa di Singapore, Australia, Nederlands, even US (tapi sudah telat, due date 15 April kemarin)..

    Reply

    • Ayu
      Jun 06, 2014 @ 12:39:34

      saya barusan lulus dengan ipk 3,71 jurusan hukum. saya ingin melanjutkan studi diluar negeri tapi yg ada hubungannya dengan notaris. menurut bapak, apa ada universitas luar negeri yg cocok dengan jurusan hukum perdata kenotariatan? terimakasih.

      Reply

  51. elliza
    May 24, 2014 @ 21:54:11

    assalamualaikum pak. saya lulusan administrasi negara di PTN dengan ipk 3,01 saya mau minta solusi pak, suami saya mau menetap dimalaysia karena sudah kerja disana dengan otomatis saya harus ikut suami,tp saya minder dengan kemampuan saya, bagaimana peluang kerja disana dengan jurusan saya?apa saya harus melanjutkan kuliah s2 dlu disana agar mendaptkan pekerjaan?

    Reply

  52. wildan
    Jun 01, 2014 @ 18:27:03

    sebelumnya perkenalkan nama saya wildan……
    saya mau bertanya, apakah klau kita melnjutkan S2 harus sesuai prodi S1 kita… saya bener2 bingung, biar kelak kemudian saya nggak mexesal….. soalnya tahun ni saya mau masuk kuliah

    Reply

  53. irwanda wirasaputra
    Jul 03, 2014 @ 08:25:23

    Assalamualikum,,

    Mohon bantuan dan sarannya, saya kuliah S1 di ISTN teknik elektro telekomunikasi Jakarta kelas karyawan. Dulunya D3 di universitas Telkom system information. Saya berencana melanjutkan kuliah s2 di LN (eropa) melalui jalur beasiswa. Cuman saat ini kebingungan untuk jurusan yang akan dipilih, mengingat kebanyakan syarat jurusan yang harus di ambil sejalur atau setidaknya mendekati jurusan pada saat S1.

    Apakah ada saran perihal jurusan jurusan yang bisa saya lanjutkan, apakah memungkinkan untuk melanjutkan dibidang management IT?

    Terima kasih sebelumnya 🙂
    Wassalaam

    Reply

    • irwanda wirasaputra
      Jul 03, 2014 @ 08:27:45

      Menambah lagi informasi ..
      Dan saat ini saya sudah memiliki pengalam kerja disalah satu perusahaan telekomunikasi international di Jakarta, kurang lebih saya sudah memiliki pengalaman hampir 2 tahun dan alhamdulillah telah memiliki sertifikasi international yang berhubungan dengan telekomunikasi..

      🙂

      Reply

  54. frendy
    Jul 21, 2014 @ 06:55:01

    :: senang bisa membaca semua nya..

    saya mahasiswa perguruan tinggi swasta di lampung pak.. dan saya baru lulus..
    saya merencanakan lanjut, dan kemarin saya sudah tes untuk tes S2 Pendidikan matematika di Universitas Lampung.. sebenarnya saya punya niat untuk melanjutkan pendidikan di luar lampung pak..

    yang jadi masalah.. apakah dengan saya melanjut di UNILA , saya bisa menjadi dosen pak,, karna ke inginan saya ya sebenarnya ingin menjadi dosen?

    Reply

  55. ruben
    Jul 23, 2014 @ 23:58:25

    Saya mahasiswa ui jurusan administrasi negara dengan ipk 3,6,yang ingin saya tanyakan apakah mungkin bagi saya untuk mengambil MBA di universitas terkenal di US melalui jalur beasiswa?dan apa saja yang perlu saya persiapkan?
    Note:saya tidak ingin menjadi dosen

    Reply

  56. faizah
    Aug 16, 2014 @ 12:48:11

    berada di website ini serasa minder banget.. boro-boro s2 …
    s1 pun saya belom. hanya lulusan sma. yang punya cita cita setinggi langit.
    tanpa tahu bahwa diri saya dari keluarga sederhana. bekerja untuk kuliah? sama saja dg tidak membantu beban mereka.
    bagaimana pak.?? saya harus bekerja untuk kuliah? atau mengubur cita cita saya. dan hanya membantu orang tua?
    mengingat prestasi saya mulai dari sekolah dasar hingga SMA ini cukup membanggakan bagi saya. ..saya selalu menjadi wakil sekolah atau kkm untuk mengikuti olimpiade. da.saya salah satu murid kebanggaan di sekolah2 saya.
    dan sekarang sudah setahun saya lulus dari sekolah menengah atas.
    galau harus memilih menerima kenyataan atau mngejar mimpi. .

    Reply

  57. andi
    Aug 20, 2014 @ 01:47:29

    Senang bisa nemu blog ini sangat bermanfaat skali,😀 nama saya Angga saya sedang kuliah di PTS trisakti smt 3 mengambil jurusan akun , Saya sedang galau banget Pak :” saya smt 1 memiliki ip 3.6 dan smt 2 mendadak anjlok krn ingin coba tes ptn lg al hasil ip saya smt 2 nya 1.9 :” (ptn ga dapet ) yg ingin saya tanyakan :

    1.kesempatan saya lulus 3.5thn masih bisa tp ipk mentoknya 3.7 sedangkan kalau lulus 4 thn ipk saya bisa 3.9 ,menurut bapak gimana? Mohon jawabanya pak saya sangat galau :”

    2.CV yg dilirik oleh perusahaan” ternama semacam unilever , nestle dll seperti apa sih pak ,khususnya bagi lulusan pts ,krn jujur saya takut dengan pesaing” dr ptn” favorit semcam ui pak jd apa yg harus saya lakukan

    3.terakhir apakah setelah lulus nanti sebaiknya saya melanjutkan ke s2 di PTN/LN agar lebih dilihat oleh perusahaan

    terima kasih pak , mohon jawabanya yah pak saya sedang butuh masukan biar ga galau mulu :”

    Reply

  58. Angga
    Aug 20, 2014 @ 02:24:17

    Assalamu’alaikum pak senang skali bisa menemukan blog ini , nama saya angga, saya sedang kuliah di PTS trisakti smt 3 jurusan akun , saya memiliki masalah pak :” yaitu saat smt 1 ip saya 3.6 akan tetapi saat smt 2 saya fokus untuk test ptn lg tp ga ketrima akibatnya ip saya jd 1.9 :”( yg ingin saya tanyakan

    1. Saya masih berpeluang lulus 3.5 thn tapi ipk saya max cuma bisa 3,7 tapi kalau 4thn ipk saya bisa 3, 9 menurut bapak gimana?berhubung lulusan PTS kan katanya musti ipk nya tinggi biar pas ngelamar dilihat

    2.Saya butuh bgt masukan pak , CV yg seperti apa kah yg dilihat oleh perusahaan” ternama seperti UNILEV** dan NEST** berhubung saya ingin skali kerja disitu , CV seperti apa agar saya bisa bersaing dng lulusan PTN” ternama

    3. Apakah saat lulus nanti sebaiknya saya melanjutkan ke s2 di ptn agar lebih di lihat perusahaan”? Akan tetapi saya memiliki adik yg menjadi tanggungan saya pak

    mohon jawabanya yah pak saya sangat butuh masukan :” terima kasih pak wassalamualaikum

    Reply

  59. Indina
    Aug 21, 2014 @ 14:23:56

    Assalamu’alaikum
    Pak mau nanya, saya lulusan S1 Pendidikan Akuntansi dengan IPK 3,00
    Kira kira saya lebih baik melanjutkan S2 ambil jurusan apa ?

    Reply

  60. delimalima
    Aug 26, 2014 @ 01:31:44

    Selamat malam, Pak Dosen Tridjoko. Maaf, numpang bertanya dan sekalian minta saran, Pak. Saya adalah pegawai swasta yang sudah bekerja selama 9 tahun lebih dalam bidang IT; mulai bekerja sekitar umur 28 tahun dan sudah berkeluarga. Saat ini saya sedang membuat pertimbangan untuk melanjutkan S2 T. Elektro di salah satu PTS di Jakarta dan ini merupakan pilihan yang paling mungkin dari segi biaya dan waktu (meski masih ada kemungkinan terlambat untuk kuliah sore karena jalan ke Jakarta cukup macet).
    Perhitungan saya, jika saya mulai kuliah pada awal tahun depan dan kuliah lancar, maka saya akan selesai pada umur 41 tahun. Setelah itu saya akan coba mencari sampingan sebagai pengajar sembari mencari kesempatan untuk mengambil S3 (saya tertarik pada HPC dan Parallel Computing). Berdasarkan pengalaman Pak Tridjoko sebagai dosen, apakah saya masih punya kesempatan untuk menjadi dosen/peneliti? Pertimbangan saya, saya masih punya waktu 15-20 tahun untuk menjadi pengajar/peneliti. Selain itu, apakah ada badan yang mau memberikan beasiswa S3 untuk seseorang yang, bisa dikatakan, baru memulainya di umur yang sudah tidak muda lagi. Apakah saya sudah terlambat memulai? Terima-kasih atas jawabannya.

    Reply

  61. Tjok Bagus Wicaksana Putra
    Sep 09, 2014 @ 15:53:15

    saya sebenarnya juga bingung mau lanjut S2 apa tidak, dengan melihat umur saya skrng 24 thn lulusan SAstra Inggris IPK 3,5. disatu sisi saya dari kalangan menengah kebawah. rencananya saya tahun 2015 mau lanjut S2 Linguistic atau Hubungan International.
    yang jadi kendala saya saat ini adalah dana. melihat kondisi ortu yg sekarang bisa dikatakan kurang mampu dalam membiayai saya lanjut kuliah.

    mohon di kasi masukan biar saya ada pertimbangan mengenai hal ini
    thanks a lot

    Reply

  62. dheny
    Sep 19, 2014 @ 23:26:05

    wahh kerenn ini pakk,,,
    saya mahasiswa semester 1 pgram Master of public administration PTN di jateng, saya dulu lulusan S1 adm publik PTS di bengkulu dengan IPK 3,71, alhamdll karna cita2 saya jadi dosen bisa lanjut S2 lagi deng ilmu yg sebidang,, penegnnya nanti lulus master pengen ngambil Ph.D yg sebidang Public Administration ada masukkan kampus di malaysia, belanda, AS yg bagus yg sering ada beasiswanya gak pak?

    Reply

  63. rendy
    Nov 10, 2014 @ 15:37:17

    salam persahabatan buat semua …
    saya juga ingin berbagi cerita tentang kehidupan ku .hehehe…yang sangat rumit dan penuh kebimbangan..hmmmmmm
    saya masih kuliah uda smester 7..setelah ini skripsi dan selesai kuliah..
    aku bingung setelah lulus aku mau ngapain??
    setelah kuliah aku ingin ngambil lagi ke S2 . tpi saya anak yang bodoh dan gak tau apa2 mungkin setelah lulus IPK ku cum 2,00,-1,5,, ( jadi pertanyak an nya apa aku mampu dengan otak exiu rendah segitu menempuh S2..sedangkan saya juga anak nya orang yang gak punya ,,
    tp aku ingin banget jadi dosen or orang yang sukses+smart )

    tolong bantuan nya yia kak……

    Reply

  64. Aya
    Nov 17, 2014 @ 18:31:00

    Seneng banget bisa baca tulisan bapak, perkenalkan nama saya Aya, saya mahasiswi semester V jurusan Hukum islam (akhwal syakhsiyyah) di PTS dengan ipk 3.4 saat ini usia saya 20 tahun. saya dilema pak orang tua menyuruh saya melanjutkan S2 dan teman saya juga mengajak melanjutkan S2, kita ingin di Malaysia. Menurut bapak sebaiknya saya nanti mengambil jurusan apa? Dan saya kurang tau mengenai kuliah di luar negeri dan beasiswa pak.. Saya masih punya 2 orang adik yang di biayai orang tua, kalau saya bisa dapat beasiswa mungkin itu bisa mengurangi beban ortu. Mohon diberi pencerahan pak, terimakasih.

    Reply

  65. adjie
    Nov 29, 2014 @ 05:13:49

    salam kenal pak… saya seorang mahasiswa,sekarang saya semester 5 jurusan manajemen di akademi keuangan perbankan pembangunan. dan saya punya keinginnan untuk ambil s2 kulyah sambil bekerja keluar negri k negara yg maju.

    yg saya tanya. apakah ada jaringan, sarana atau link tempat menampung aspirasi dan mimpi saya ini pak.. saya ingin sekali mendapat kan kesempatan itu. trimakasih pak. mudah2an bapak memberikan arahan dan solusi untuk saya.

    Adjie,
    Yang penting Toefl anda 550 sampai 600, kalau IELTS ya 6.00 – 8.00
    terus anda harus banyak kerja volunteer : jadi sopir ambulance, jadi koki dapur umum.
    Selebihnya nanti akan terbuka dengan sendirinya bagi anda…

    Reply

  66. nurjayanti
    Dec 02, 2014 @ 10:45:45

    pak, saya yanti. saya mau nanya untuk alumni sastra Inggris yang ingin melanjutkan penddikan S2, cocoknya ambil jurusan apa ya? soalnya saya masih bingung jurusan apa yang cocok. kebetulan cita2 saya adalah menjadi seorang dosen. mohon sarannya pak. thank’s

    Nurjayanti,
    Kalau saya jadi anda, saya ambil S2 Linguistik…:)
    Tapi terserah, mau ambil S2 English Education, Literature (Letters), atau apapun boleh kok…sesuai minat anda aja…

    Reply

  67. Dedy Filan Aswan
    Dec 09, 2014 @ 18:45:24

    saya mahasiswa s1 Kurikulum dan teknologi pendidikan atau bisa teknologi pendidikan/pemebelajaran saja dan saya ingin lanjut untuk s2 saya di LN namun masih bingun dengan jurusan-jurusan yang ada di luar 😦

    Dedy,
    Kalau masih bingung dengan jurusan yang ada di LN, ya pelajari dulu lebih jauh…

    Reply

  68. lia
    Jan 22, 2015 @ 12:01:19

    Saya Lia Pa mungkin bapak gak inget, Saya pernah mengirim koment d postingan bapak ini tahun 2013 lalu, saat saya galau antara kuliah lagi atau menikah walau belum ada calon hehehehe. Saat itu saya mendapat pencerahan dari bapak. Alhamdulillah saya akhirnya memutuskan kuliah kembali. Ibu mengijinkan tetapi tidak boleh keluar negri (saat itu saya sudah di terima di univ malaysia), akhirnya saya memutuskan kuliah S2 di ITB mengambil kelas karyawan jadi kuliah hanya sabtu saja karena saya juga sudah bekerja. Saya kuliah dengan biaya sendiri tapi Alhamdulillah rejeki yang diberikan mencukupi. Dan saya tidak menyesal untuk kuliah lagi karena ternyata sejak saya kuliah kembali banyak pintu rejeki yang terbuka. Banyak kemungkinan kerja di bidang baik pendidikan maupun industri terbuka.
    Sebenarnya tidak usah bingung langsung kuliah lagi setelah lulus S1, saat kita S2 pun kita bisa menyambi kerja part time atau syukur2 saat S2 kita dapat pekerjaan impian. Pengalaman juga dari anak S2 kelas reguler yang tahun ini pindah kekelas saya yang non-reguler karena dia mendapat pekerjaan ditengah-tengah kuliah S2. Bagi yang tidak ada dana yaaaa bisa mencari beasiswa, Terima kasih atas saran yang dahulu Pa.

    Reply

  69. Sari
    Feb 01, 2015 @ 15:41:59

    Salam kenal Pak, nama saya Sari.
    juni ini insyaallah saya lulus dgn IPK 3,77 dari suatu PTN di Jawa Timur, saya S1 Pendidikan Fisika. Saya tertarik untuk melanjutkan S2 di singapura, selain karena saya tertarik untuk menambah pengetahuan, calon suami (insyaallah kami menikah juli tahun ini) saya bekerja di singapura. namun sepertinya tidak ada program pendidikan fisika disana. bagaimana jika s2 saya jurusan fisika yg master by cousework di NTU atau NUS? mungkinkah saya bisa tembus kuliah disana? satu2nya jalan agar bisa kuliah disana adalah dengan jalur beasiswa berhubung saya terkendala biaya, untuk mendapat beasiswa apakah harus melalui kontak dengan professor disana ataukah dengan prosedur pendaftaran biasa secara online?
    mohon pencerahannya Pak,
    terima kasih banyak….

    Sari,
    Sari ndaftar langsung aja ke website NUS atau NTU yang menawarkan beasiswa Master. Ada kok. Kalau gak ada Physics (Fisika Murni), bisa ambil Mechatronic atau apa yang dekat dengan Fisika. Bahkan Public Policy pun gpp yang penting berangkat ke Singapura..

    Reply

  70. Melissa Nilam Cahya (@MXXNXXCYY)
    Feb 18, 2015 @ 09:09:56

    Selamat pagi, salam kenal pak, nama saya Melissa. Insya Allah tahun ini saya lulus dari jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dari salah satu PTN. Tadinya saya ingin mengambil sastra Bahasa Inggris, karena saya kurang begitu ingin menjadi guru, tapi universitas negeri terdekat tidak menyediakan jurusan sastra (adanya pendidikan dan saya tidak diijinkan orangtua untuk kuliah di luar kota saat itu hehe…), jadi saya ambil jurusan tersebut karena masih berhubungan erat dengan Bahasa Inggris, dan alhamdulillah saya sekarang bisa mengaplikasikan apa yang saya pelajari dengan cara menjadi english tutor di tempat kursus bahasa Inggris. IPK saya sekarang 3.4. Pertanyaan saya adalah :
    1. Saya ingin sekali melanjutkan S2 saya dengan beasiswa di universitas di luar negeri. Tapi saya sepertinya masih kurang minat untuk menjadi guru. Jadi, apakah ada jurusan S2 yang linear dengan latar belakang S1 saya?
    Terimakasih banyak sebelumnya pak, semoga sehat selalu~ ^^

    Melissa,
    Apakah Toefl Melissa sudah 500 atau di atasnya,
    atau apakah Ielts Melissa sudah 5.50 atau di atasnya ?
    Kalau ya, banyak kok tawaran beasiswa sekolah S2 ke luar negeri.
    Tidak perlu dipikir linear atau tidak, cari aja beasiswa LN itu untuk English (Literature), Linguistics, atau ENglish Education.
    Googling aja, cari Australian Academic Scholarship (AAS) 2015.|
    Good luck !!

    Reply

  71. Ananda
    Feb 19, 2015 @ 10:29:35

    Permisi, Pak. Saya ingin bertanya. Saya juga memiliki ketertarikan untuk melanjutkan S2 setelah saya lulus kelak. Saya mahasiswa Bahasa Inggris semester 2 dengan IP 3,89. Saya mau bertanya, apakah penerimaan S2 atau peluang beasiswa S2 dapat dipengaruhi oleh kualitas universitas tempat saya kuliah S1? (STBA) Kalau iya, langkah apa yang perlu saya ambil agar bisa S2, dan sebaiknya saya melanjutkan kemana? Saya sendiri sudah punya rencana ingin melanjutkan ke UI S2 Linguistik Murni. Terima kasih sebelumnya.

    Ananda,
    Ananda tinggal dimana, apa di Jakarta ?
    Menurut saya, universitas tempat Ananda menimba ilmu dulu (STBA) tidak ngaruh ke bisa atau tidak memperoleh beasiswa.
    Dulu waktu universitas tempat saya mengajar ini masih STMIK, mahasiswanya juga sudah bisa memenangkan beasiswa untuk sekolah ke luar negeri kok, jadi tergantung kemampuan masing-masing.
    Menurut saya, Ananda mencoba aja memenangkan beasiswa untuk ambil S2 di Luar Negeri, bisa ke Singapore atau Malaysia atau Australia atau New Zealand.
    Gimana caranya ? Gak usah terlalu dipikir, yang penting skor Toefl atau Ielts Ananda sudah tinggi (Toefl di atas 500, atau Ielts di atas 5.5)…

    Reply

  72. Lenny Julita Sims (@Lenny_JlSims)
    Apr 08, 2015 @ 06:22:42

    saya anak pertama dari 2 bersaudara saya sekarang masih mahasiswa perawat semester 6 ip saya terakhir 3.55dulu ip saya semester 1 3.33, saya kuliah di slh satu univ swasta di jawa, saya sewaktu SMA senang sekali pelajaran Fisika, kimia dan biologi serta bahasa (mungkin yg 1 ini adalah kesenangan yg diturunkan dr keluarga terutama keluarga Ibu saya), namun saya lbh berambisi menjadi seorg dokter, memang dari awal org tua tdk setuju saya dulu ambil jurusan kedokteran dkrnkn pekerjaan yg amat melelahkan, org tua takutnya saya tdk bsa membagi waktu dengan keluarga nantinya. namun saya tetep kekeuh (ngotot) ngambil kedokteran sampai saya ikut testing dua tahun berturut dan hslnya gagal total. dulu mamah saya menyarankan saya masuk keguruan ambil sastra inggris atau perbankan, sedangkan ayah saya sendiri menginginkan saya menjadi seorg bidan atau ambil teknik sipil, namun dr yg disarankan oleh kedua orgtua saya 1 pun tdk saya suka, hingga akhirnya saya pilih menjadi seorg perawat, namun setelah saya terjun di dunia kesehatan ini saya merasa bingung sendiri anda sendiri tahu kan bgmna kerja seorg perawat. apalagi seorg perawat s1 hrs ambil profesi utk bs lamar pekerjaan. tapi saya ingin mengambil s2 sastra inggris di luar, menurut anda saya hrs bgmna?? lulus s1 ini lgsg lanjut profesi, bru ambil s2, atau lulus s1 ini lanjut s2 sastra, atau lulus s1 ini lanjut profesi lgsg cari kerja???, karena saya juga jujur msh ragu dengan s1 saya sbg perawat namun s2 saya sastra apa boleh tdk sesuai seperti itu????

    Lenny,
    Kalau S1 anda jurusan Keperawatan, sebaiknya tidak mengambil S2 Sastra Inggris (English, Literature, or Linguistics) karena pasti nanti anda bingung setengah mati ngerjain tugasnya, mengingat dari cerita anda, hanya passion anda saja yang ke sastra inggris.
    Idealnya supaya tetap linier ilmu anda, anda ngambil S2 tentang Public Health (Master of Public Health) di Singapore atau Australia, termasuk kalau anda mau melamar beasiswa ada banyak kok yang menawarkan asal nilai bahasa inggris anda cukup bagus (IELTS minimum 6.0 atau TOEFL minimum 550).
    Atau yasudah anda S1 Ilmu Keperawatan, terus anda ambil Profesi, dan bekerja satu atau dua tahun dulu sambil memikir-mikir langkah selanjutnya.
    Good luck !!!

    Reply

  73. Nk
    Apr 20, 2015 @ 02:48:23

    Selamat siang, Pak Tri.
    Perkenalkan, saya Arista, mahasiswi Pendidikan Bahasa Jerman di suatu PTN di Kota Kembang. Saat ini saya dalam proses menyelesaikan skripsi saya, yang berhubungan dengan linguistik bahasa Jerman.
    Setelah membaca thread ini, saya kembali memikirkan masa depan saya. IPK saya hanya 3,30 dengan nilai TOEFL >550 dan <600. Saya sangat menyukai bidang kebahasaan dan memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan saya ke jenjang S2, yang linear dengan pendidikan S1 saya. Tetapi, setahu saya tidak ada prodi paska sarjana untuk Pendidikan Bahasa/Sastra Jerman di Indonesia. Pertanyaan saya, apakah saya sebaiknya langsung bekerja saja setelah lulus atau sebaiknya saya melanjutkan studi ke S2? Lalu, jika saya melanjutkan studi saya, jurusan S2 apa yang harus saya pilih?
    Saya mohon saran dan nasihat dari Pak Tri.
    Terima kasih.

    Nk,
    Wah…S1 bahasa Jerman itu menarik lho. Temen saya orang Korea dulu S1 (Bachelor of Science)-nya bahasa Jerman (German) di US, tapi S2 dan S3 nya adalah Computer Science, teman saya sekelas. Jadi sekarang teman saya itu sudah jadi Professor di Computer Science Dept di salah satu universitas di Korea !!!
    Tapi di Indonesia memang agak lain, kalau anda S1 Sastra Jerman maka S2 dan S3 anda nanti harus linear dengan Sastra Jerman, terutama kalau anda mau jadi Dosen. Tapi kalau bukan Dosen sih terserah.
    Mengingat bahasa Inggris anda sudah bagus sekali (TOEFL antara 550-600) saya sarankan anda ngambil aja beasiswa Chevening di Inggris, atau FUllbright di US, atau AAS di Australia. Saya sarankan juga karena UK dan Australia itu menggunakan IELTS, maka saya sarankan anda ngambil IELTS resmi (bayar sekitar 2,5 juta di IALF Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta; atau di PPB UGM, Yogyakarta; atau di PPB Unud Denpasar). Dengan maksud, kalau TOEFL anda antara 550-600 itu pasti anda bisa mencapai IELTS antara 6.5-7.5, semakin tinggi akan semakin sexy dan peluang anda untuk lulus beasiswa Chevening dan AAS akan lebih tinggi. Oh ya, kalau anda mau, anda bisa add FB saya untuk membahas ini lebih lanjut.
    Begitu pendapat dan saran saya Nk…

    Reply

  74. sardi
    Apr 28, 2015 @ 05:51:56

    Selamat pagi, pak sya mau tanya
    saya kuliah S1 di El-rahma swasta jurusan informatika lamanya kuliah 3 tahun,
    yng saya bingungkan setelah lulus S1 apa bisa kuliah lagi ke S2 luar/negri, jika bisa kira2x jurusan apa yang cocok, pengen nya sih teknik otomotif
    mohon direply
    makasih

    Sardi,
    Info anda kurang lengkap. El-rahma itu di kota/negara mana, dan mengapa anda mau S2 ke luar negeri yang jurusannya tidak segaris dengan Informatika ?

    Reply

  75. Ade Mayzzura
    May 19, 2015 @ 01:03:23

    salam
    Good job buat tulisannya pak 🙂
    saya galau mendekati prustasi nih pak
    klw bole sy ingin sharing sama bapak, semoga ada solusinya

    lulus dari universitas yang tidak begitu terkenal dengan ipk cumloud dari jurusan perikanan pd 2014 lalu ternyata sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus.
    apalagi ketika harapan saya pupus karena jokowi meniadakan perekrutan pns tahun ini dan selama beberapa tahun kedepan.
    saya punya 2 impian
    impian 1 mnjd dosen
    impian 2 menjadi pengusaha budidaya perikanan
    teteapi keduannya seakan tak mampu dicapai
    himpitan ekonomilah permasalahannya.
    di awal kelulusan sy berencana mlnjutkn s2 dengan beasiswa di luar negri, namun tinnginya persyaratan toefl dan kemampuan saya yang kurang sy tak mampu bersaing. sy hy ingin s2 d luar negri mengingat byknya lulusan perikanan dan sedikitnya peluang kerja dan latar belakang s1 sy yg berasal dr univ tidak terkenal.
    sekarang hari yang saya jalani terasa tak berguna, mau menikah pun blm ada pasanngan.
    lalu apa pilihan saya selanjutnya pak?

    Reply

  76. Arya
    May 19, 2015 @ 11:58:29

    Salam kenal pak, saya Arya. Hampir 6 bulan terakhir saya merasa bimbang dg kondisi saya saat ini dan ekspektasi saya setelah menyelesaikan kuliah dlu. Saya lulus kuliah taun 2013 jurusan pendidikan bahasa inggris. Alhmdlillah IPK saya 3.46. Setelah selesai S1, saya memiliki semangat yang kuat untuk melanjutkan S2 di bidang ilmu yang sama, yaitu konsentrasi English Education atau Applied Linguistics on TESOL. Sewaktu kuliah dulu, saya pernah mendapatkan kesempatan beasiswa Short Course k USA. Disana saya belajar banyak hal dan semakin memacu hasrat saya utk melanjutkan S2. Dan memang saya sangat menseriusi keinginan itu. Pada tahun 2014, saya memburu dan meng-apply beberapa beasiswa, mulai dari Beasiswa Unggulan,AAS dan Fulbright. saya sangat optimis dg hasil terbaik saya akan lulus salah satunya. Akan tetapi, hasilnya nihil. Sampai pada akhirnya saya menerima email pemberitahuan ketidaksuksesan applikasi saya. Selain itu juga, saya melakukan registrasi sendiri dibeberapa Universitas Luar negerii sprti Bond University, Univeristy of Leicester dan juga adelaide. Tapi itu hanya angan2 karena sulitnya pendanaan kuliah. Saya juga mencari sponsor dll, tetapi hasil nihil. Pada tahun yang sama, saya mencoba mendaftar CPNS formasi kementrian agama sebagai staf administrasi umum di salah satu Institute agama islam negeri di daerah saya. Berselang 2 bulan kemudian pengumuman resmi dari panselnas, Alhmdlillah, saya lulus. Saya pun merasa senang dan orang tua saya bangga. Namun seiring waktu hampir masuk bulan ke tujuh, saya merasa “Galau”. Disaat saya mendapatkan rejeki yang banyak orang nantikan, rasa ingin mendaftar s2 di luar negeri muncul kembali. pasalnya, beberapa kawan seangkatan sudah s2 disemester 2 skrg dan yang lainnya masih dlm training sblm berangkat k US dan New Zealand. Hasrat menggebu2 muncul tak tertahankan. Ekspektasi melanjutkan kuliah dan menjadi dosen sepertinya berwarna abu-abu. yang saya bayangkan adalah kehidupan saya nanti akan mentok menjadi seorang pegawai staf, sementara saya sangat ingin mengembangkan diri menjadi seorg peneliti pendidikan dan bahasa. sampai saat inipun saya masih melakukan browsing beasiswa s2 meskipun sudah jelas dlm persyaratan bahwa syarat pelamar adalah tidak berstatus CPNS. Itu semakin memupuskan harapan saya.

    Arya,
    Gak usah putus asa…
    Coba lagi…coba lagi…coba lagi…
    Usahakan TOEFL 650 atau IELTS 8.5, pasti pintu terbuka bagi anda…
    Tapi kalau tidak….tidur…dan lupakan saja…

    Reply

    • nurina
      Jul 02, 2015 @ 01:15:01

      udah tau tentang beasiswa lpdp mas?

      Nurina,
      Sudah Nur, saya sudah dengar ada beasiswa LPDP.
      Tapi terus terang saya tidak begitu tertarik.
      Kepada setiap orang yang bertanya kepada saya, biasanya
      saya langsung arahkan agar orang tersebut langsung mencari
      beasiswa dari sumbernya, misalnya Fullbright (kalau ke US),
      atau Australian Awards Scholarship-AAS (kalau ke Australia),
      atau ke Chevening (kalau ke Inggris). Dan biasanya mereka bisa lulus kok.
      LPDP banyak gagalnya, mungkin karena seat hanya sedikit tapi yang melamar banyak,
      karena sudah sering diiklankan.

      Reply

  77. ilham
    Jun 30, 2015 @ 11:21:38

    Permisi saya mau tanya, saya sekarang mahasiswa semester 5 dgn ipk alhamdulillah cumlaud, saya sangat ingin menlanjutkan sekolah ke LN namun kondisi keluarga lebih membutuhkan bila saya berkerja. Pertanyaan saya ada 2. Pertama, apakah ada perusahaan yang mengizinkan saya sekolah ke LN dengan beasiswa dan tetap menjadikan saya pekerja yang masih cuti sekolah? Kedua, apabila saya melanjutkan sekolah s2 ke LN setelah lulus apakah mudah mencari perkerjaan selain jadi dosen?
    Terimakasih

    Ilham,
    Mengingat keluarga anda mengharapkan anda segera mencari pekerjaan, ya jalani saja, mencari pekerjaan.
    Sekolah bisa dipikir kapan-kapan.

    Reply

  78. nurina
    Jul 02, 2015 @ 01:39:17

    salam kenal pak tri, postingan yang ‘berisi’ banget pak. nice share. 🙂

    btw, mohon saran dari bapak, saya lulusan sastra arab dari ptn bdg, ipk > 3.00. saya berniat lanjut magister di luar negeri dengan (akan) ngajuin beasiswa lpdp. menurut pendapat bapak, saya pilih jurusan apa untuk pendidikan magister saya? (saya prefer ke linguistik atau bidang agama, tapi saya juga masih belum yakin dengan pilihan tsb).

    terima kasih pak. semoga berkenan.

    Nurina,
    Kalau bahasa Inggris Nurina kuat (TOEFL > 575 atau IELTS > 7), saya sarankan ngambil Master in Near East Asian Studies seperti yang ada di University of Chicago, Temple University, atau University of Ohio.
    Kalau bahasa Inggris belum bagus, ya belajar dulu bahasa inggris sampai se level dengan yang saya sebutkan tadi.

    Reply

  79. TYA
    Jul 24, 2015 @ 11:53:33

    selamat pagi pak, wahh beruntung bisa ninggal komentar disini 🙂

    saya minta sarannya pak,

    saya lulusan tahun 2014, dan langsung kerja, karena dlm kondisi ekonomi sya bisa dibilang kurang,
    saya kerja awalnya hanya jadi pramuniaga toko, lalu jadi writers, dan lalu jadi SPG Minyak telon, dan diangkat menjadi admin oleh perusahaan minyak telon tesebut.

    jujur, dulu saya sangat ingin sekali menjadi MC, jurnalis, atau ngomong2 di radio, syukur2 di tv nasional sebagai reporter.

    nah SBMPTN kemarin saya ambil pil. 1 hukum, pil. 2 satra indonesia pil. 3 gizi

    alhamdulillah saya ketrima di pilihan ke 2 yaitu SASTRA INDONESIA

    sebenarnya saaya gmw ambil jurusan satra indonesia karena setelah dewasa, sy bkrja sbg admin, terasa enaknya. tinggal dikantor, ngerjain laporan, gaji lumayan.

    namun karena takut kecewa tdk ktrima lagi, saya pilih satra indonesia sbg pilihan ke 2, awalnya takut pak g ktrima lawong yg dftar PTN itu ribuan krna favorit sekali d semarang, nah, alhamdulillah ketrima, namun yg bkin saya sedih, banyak yg meremehkan seperti : “HALAH BAHASA INDONESIA KAN YG DAFTAR DIKIT. HALAH MAU JADI APA NANTI? HALAH BAHASA INDONESIA KAN GAMPANG!!”

    saya jadi bingung pak.. rencana sy yaituu mengikuti UM di PTN dket rmah bude sayaa yg nantinya sorenya sya akan bkerja di bude sayaa, dan uangnya buat byar kuliahh, sukur2 bs bidikmisi Aamiin, dan tahun depannya, sya mau ambil kuliah swasta jadi sy rencana mau kuliah d 2 tempat ngeri & swasta, jadi dapet 2 gelar karena tetangga sya ad yg seperti it.

    menurut bpak gimna? terimakasih :))

    Reply

    • tridjoko
      Jul 24, 2015 @ 14:02:33

      Tya,
      Lha Bapak saya itu lulusan Sastra Indonesia dan jadi Dosen Sastra Indonesia di PTN di kota saya dulu kok.
      Lha sekarang anaknya ya seperti saya ini.
      Jadi dengan mengambil Sastra Indonesia, anak Tya nanti bisa sepinter saya….hallah….cita-cita yo..hehe…
      Sastra Indonesia banyak yang membutuhkan lho, nanti di TV, koran, radio atau guru di SMA. Kalau Sastra Indonesia-nya dapat S1, S2 dan S3 malah jadi dosen di PTN atau PTS ternama. Bisa juga Tya kalau bahasa Inggrisnya bagus mengambil Asian Studies atau Indonesian Studies di NUS Singapore atau ANU Australia, dengan beasiswa (syarat : Toefl min 500 atau Ielts min 5.5 !).
      Berhubung kondisi ekonomi Tya yang tidak mendukung, saya dukung Tya melamar agar dapat beasiswa Bidikmisi. Dan jangan malu melakukan pekerjaan apa saja asal itu halal (di Smg ada mhswi dr luar kota yang dapat Bidikmisi dan tinggal dengan kakak saya yang dosen PTN)..
      Kalau fisik Tya kuat, selepas kuliah bisa kerja di Mal atau Kantor atau Stasiun Radio….coba aja….saya dukung kok…!
      Good luck ya Tya….

      Reply

  80. TYA
    Jul 24, 2015 @ 14:37:07

    Terimakasi Pak :)))

    sangat2 memotivasi, namun saya ingin mencoba UM PTN dkt rumah bude saya dgan prodi lain, yg lepas dr bhs indonesia..

    kalau saya kterima di UM PTN dket rumah bude sayaa,sya nantinya kerja d bude sya sehabis kuliah AAMIIN.
    dan walaupun kondisi pas2an sya berniat kuliah lagi pak di swasta tahun berikutnya, menurut bapak sy lebih baik ambil apa ya d swasta nya?

    kalau yg UM PTN itu sy berhraapnyaa ketrimaa d Akutansi syariah, bgaiamana prospek kerja d banding sastra indonesiaa pk? 🙂

    Suwun..

    Reply

  81. Tya
    Jul 25, 2015 @ 09:23:31

    pak, saya minta 1 saran lagi, mohon berkenan untuk menjawab.

    saya ada 3 pilihan untuk masa depan saya yg harus secepatnya saya ambil,

    1. saya tetap bkerja sbgai admin & mencari kuliah swasta jurusan yg akutansi, dan baru tahun depannya lagi mencoba PTN dgn harapan jurusan yg setidaknya berbau dgn pekerjaan saya.sehingga tidak mengambil SBMPTN sastra indonesia,
    namun masalahnya, bos saya itu sudah tau saya lulus SBMPTN,dia sih mendukung dan menyarankan ambil saja krna tidak gampang masuk PTN yg saya masuki. disiitu saya berpikir, apa sudah tidak mau jika saya bekerja ditempatnya? saya jd sungkan kalo tetap ngotot bekerja di sini pak. masalahnya, jika saya bekerja sebagai admin & mengambil kuliah swasta dulu, tahun depannya baru ngambil PTN(syukur2 keterima) saya kan jadi punya pengalaman 1 tahun sebagai admin. gaji lebih banyak daripada kerja di bude saya. kantor dan lokasi PTS agak jauh

    2. dan kalau saya mngambil PTN taun ini & bekerja sore selepas kuliah, saya akan meninggalkan pekerjaan admin saya. memang sih di bude juga akan diperbantukan membuat laporan2 di kliniknya (fyi, bude saya dokter umum dan punya klinik sendiri yang memperkerjakan beberapa dokter lain). memang sih sama2 berbau admin, kalau dilihat dari gaji, lebih sedikit dari saya bekerja di admin minyak telon karena hanya sore kerjanya. lokasi PTN & rumah bude cukup dekat

    3. ambil kesempatan SBMPTN satra indonesia, dan bekerja di rumah bude namun lokasi cukup jauh. lebih jauh dari Kantor minyak telon ke PTS.

    saya sangat berharap Pak Tri dapat mmbeeri solusi, setidaknya sya ad orang yang memberi pncerahan, krena sy bingung banget e pak.

    Terimakasi

    Reply

  82. John
    Jul 27, 2015 @ 08:06:05

    Habis lulus ya, sebaiknya dipikir kan gimana cara nya bisa kuliah di Stanford ,MIT or yale gitu. Lalu Single author setidak nya tiga kali di Jurnal tocker spt : Nature , Chemical Reviews, Review Modern of Physics, Science .
    JANGAN HANYA MAU KERJA MULU…*Revolusi Mental mode on *

    Reply

  83. John
    Jul 27, 2015 @ 08:07:04

    Single author sebelum jadi Ph.D

    Reply

  84. intan
    Jul 28, 2015 @ 12:35:56

    pak mohon masukannya ya, saya mahasiswi pts jurusan psikologi sekarang saya sedang menyusun skripsi dan masih bingung dan bimbang setelah lulus lebih baik saya bekerja atau melanjutkan s 2.. ipk saya sekarang di bawah 3 tepatnya 2,8 pak.. baiknya gimana ya pak.. terimakasih

    Intan,
    Kalau IPK anda 2.8 itu tandanya anda lebih baik bekerja dulu, 1-2 tahun dulu baru melanjutkan ke S2.
    Itu biasa disarankan untuk mahasiswa yang IPK-nya di bawah 3.0.
    Gitu ya…Good luck…

    Reply

  85. surya
    Jul 29, 2015 @ 01:50:20

    Maaf pak saya ingin bertanya, mungkin bapak berkenan menjawabnya. Saya seseorang berusia 25 tahun dan saya lulusan sastra inggris dari PTN pada tahun 2013. Dari tahun 2013 saya berusaha untuk bekerja dengan melamar berbagai lowongan namun hasilnya nihil. Beberapa orang mempertanyakan apakah saya terlalu pemilih, tp saya rasa mungkin saya tidak pemilih karena saya melamar ke berbagai perusahaan tapi sedikit sekali yang hanya melakukan panggilan test. Sejak SMA saya mempunyai impian untuk menjadi seorang diplomat. Pada tahun 2013 dan 2014, saya mengikuti seleksi cpns kemlu dan lolos sampai tahap akhir tapi sayangnya saya tidak lolos pas final test. Setelah saya gagal dua kali dan gagal tidak mendapat pekerjaan saya mencoba untuk mendaftar s2 kajian wilayah amerika di UI dan alhamdulillah saya diterima. Saya mendaftar dengan harapan saya bisa ‘pantas’ untuk mengejar cita2 saya sebagai diplomat. Namun, banyak keraguan yang menghampiri saya, seperti apa saya tidak terlalu telat umur 25 baru kuliah lagi dimana kebanyakan teman sebaya saya sudah settle dengan karir mereka masing2. Apa saya masih mempunyai harapan untuk sukses? Jujur dengan apa yg saya alami selama 2 tahun belakang membuat saya cukup down dan kehilangan rasa percaya diri. Saya takut meskipun saya melanjutkan studi s2 saya tidak akan mencapai apapun. Apa yg bapak sarankan untuk saya lakukan? Terima kasih.

    Mas Surya,
    Sayang anda tidak menyebutkan berapa IPK atau GPA anda.
    Kalau IPK atau GPA anda > 3.0 apalagi > 3.5, lebih tepat kalau anda melamar beasiswa AAS atau AMINEF (Fullbright).
    Tapi kalau IPK anda < 3.0, kok saya justru menyarankan anda start a business aja. Belajar dari buku e-book bagaimana membuat Venture Company atau Start Up Company, banyak kok yang akan membiayai anda, asal anda mempunyai ide brilliant seperti Go-Jek dst. Nanti di umuran 30 tahun, anda akan jauh lebih kaya daripada teman2 anda yang bekerja di Kemenlu….bukankah itu yang dicari ?

    Reply

  86. Fauriza Patirajawane
    Nov 05, 2015 @ 20:15:34

    Mohon maaf sebelumnya pak. Saya ingin bertanya dan meminta saran bapak. Saya seorang mahasiswi berusia 22 tahun dan telah lulus sebagai sarjana teknik dari salah satu PTN di malang,pada tgl 28 oktober lalu. Dan sementara sekarang masih mengurus keperluan revisi dan wisuda yang rencananya bulan desember tahun ini atau paling lambat bulan februari tahun 2016. Saya dari dulu bercita-cita untuk melanjutkan s2 keluar negeri terutama Jepang atau Turki. Selain karena saya ingin merasakan bagaimana kehidupan luar negeri, saya juga berharap dapat lebih mudah mendaftar menjadi dosen di Indonesia selepas saya lulus s2. Saya merupakan anak pertama dari 3 bersaudara, dimana adik kedua saya masih di tahun kedua di sekolah kedinasan di Jakarta dan adik bungsu masih duduk di bangku kelas 1 SMP. Sementara ayah saya juga setahun belakangan ini mengalami penyakit kronis yang seringkala menghambat pekerjaan beliau sebagai tukang sablon, bahkan kadangkala dia tidak dapat bekerja dikarenakan sakit beliau tersebut. Sehingga untuk membiayai kehidupan ayah,dan adik bungsu adalah ibu saya yang fisiknya juga semakin renta,ditambah pekerjaan beliau sebagai PNS. Untungnya saya selama kuliah 4,2 tahun dibiayai beasiswa penuh dan ipk 3,65 serta adik kedua saya yang kuliahnya juga gratis. Namun, saya ragu apakah selepas lulus S1 ini harus langsung kerja atau menempuh s2? Namun, ayah saya sangat berkeinginan saya mencari beasiswa s2 ikatan dinas menjadi dosen di Indonesia, karena mereka tidak ingin saya jauh dan mampu merawat mereka serta adik bungsu. Tetapi saya sangat berkeinginan s2 di luar negeri,dan saya merasa kurang cocok bekerja di lapangan, serta saya kurang menyukai sistem pendidikan yang monoton dan kaku di Indonesia. Saya merasa dari kecil selalu dikekang sehingga saya kurang mampu mengembangkan keinginan dan kemampuan saya. Saya juga memiliki kemampuan bahasa inggris yang cukup bagus dan merasa saya harus menuangkan hasrat berbahasa inggris itu di kehidupan luar negeri sana. Apa yang bapak sarankan untuk saya lakukan? Terimakasih dan maaf jika pertanyaan saya ini cukup panjang.

    Fauriza,
    Saya coba tebak, anda lulusan Teknik Sipil Pengairan ya ?
    Dalam menjawab pertanyaan ini, saya harus melihat anda sendiri, adik kedua anda, adik bungsu yang masih SMP, ibu anda, dan ayah anda. Jawabannya, kelihatannya sebaiknya anda mencoba sekolah di LN yang sesuai dengan bidang latar belakang pendidikan anda. Sebenarnya jawabannya itu anda sekolah di Colorado State University di Fort Collins, Colorado, USA. Dan untuk itu anda harus lulus test memperoleh beasiswa (full scholarship) Master’s Program dari Fullbright. Coba buka website AMINEF, biasanya setiap tahun selalu diumumkan kok. Masa studi Master kalau di USA biasanya 2 tahun.
    Alternatif kedua, anda melamar beasiswa AAS (Australian Awards Scholarship) aja, mungkin ngambil Master’s bidang Civil Engineering (Dam, Hidro structure, dsb), atau sedikit dibelokkan ke Waters/Maritime Environment, atau Hydrology Public Policy. Kalau di Australia ngambil Master-nya cuman setahun. Tapi kursus bahasa Inggris sebelum anda berangkat bisa 2 bulan, 4,5 bulan, 6 bulan, atau 9 bulan, sesuai dengan kemampuan bahasa Inggris anda (Toefl atau Ielts) pada saat ini.
    Kalau anda sudah ditetapkan penerima beasiswa sekolah ke luar negeri (kalau AAS berarti anda milih jalur “open” (swasta) dan bukan “public” (pegawai negeri)), biasanya mengetok pintu universitas atau lembaga pemerintah akan jauh lebih mudah, seperti kasus-kasus yang saya temui.
    Begitu Fauriza, saran saya. Selamat belajar dan good luck !!

    Reply

  87. Wedar Pahala Lingga
    Jan 24, 2016 @ 15:06:07

    Saya salah satu mahasiswa ptn di bandung, saya mengambil s1 sastra jerman, linear kah jika saya mengambil progam magister pendidikan bahasa dan sastra jerman?
    Mohon jawabannya, terimakasih pak 🙂

    Kang Wedar,
    Wah…itu saya nggak bisa ngejawab.
    Linear = berasal dari satu rumpun ilmu.
    Lha Sastra Jerman sama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jerman
    itu linear atau bukan, tolong ditanyakan aja ke Sekretaris
    Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Jerman.
    Bisa satu rumpun ilmu (sama-sama Sastra Jerman) tapi bisa beda
    rumpun ilmu (satunya sastra, satunya pendidikan).

    Reply

  88. Sky
    Jan 28, 2016 @ 18:21:24

    Saya fresh graduate pak baru lulus, saya mengambil s1 statistika, tetapi saya ingin mengambil program magister management. Itu bisa tidak pak?? Mohon jawabannya pak

    Sky,
    Kalau ditanya bisa, ya bisa aja.
    Kecuali kalau anda mau jadi dosen, maka pendidikan S1, S2 dan S3 harus linier alias sama (serumpun).

    Reply

  89. Liana
    Mar 04, 2016 @ 11:36:36

    Waah menginspirasi sekali tulisan bapak..
    Saya ada beberapa pertanyaan mudah”an bapak berkenan menjawab.. saat ini saya adalah mahasiswa smst-6 sastra inggris PTS dn belakangan saya pnya keinginan besar untuk melanjutkan S2 di LN, kepinginnya sih ambil S2 komunikasi tp jika tidak memungkinkan saya ambil Literature saja.. nah masalahnya IPK saya saat ini 3.2 apa memungkinkan untuk bisa dpt beasiswa trsbt stelah menyandang gelar s1 nanti? saya tertarik dengan beasiswa KGSP (Korea) karna banyak universitas ternama yg bekerja sama dg beasiswa tsb. Tp saya juga pnya option lain jika KGSP tidak lolos saya ingin coba NZAS (New Zealand). Bagaimana menurut bapak, atau ada recomendasi beasiswa yg bisa saya ambil dengan Ipk yg kurang sexy itu 😄.. karna untuk menikah saya belum ada calonnya dan saya juga tidak berniat melangkahi kakak-kakak saya, maka saya tertarik untuk terus belajar dn memperluas pengalaman sambil kalau bisa menghasilkan uang untuk kirim-kirim ke orngtua nantinya.

    Terimaksih sebelumnya…

    Reply

  90. jeonlia
    Mar 04, 2016 @ 11:39:22

    Waah menginspirasi sekali tulisan bapak..
    Saya ada beberapa pertanyaan mudah”an bapak berkenan menjawab.. saat ini saya adalah mahasiswa smst-6 sastra inggris PTS dn belakangan saya pnya keinginan besar untuk melanjutkan S2 di LN, kepinginnya sih ambil S2 komunikasi tp jika tidak memungkinkan saya ambil Literature saja.. nah masalahnya IPK saya saat ini 3.2 apa memungkinkan untuk bisa dpt beasiswa trsbt stelah menyandang gelar s1 nanti? saya tertarik dengan beasiswa KGSP (Korea) karna banyak universitas ternama yg bekerja sama dg beasiswa tsb. Tp saya juga pnya option lain jika KGSP tidak lolos saya ingin coba NZAS (New Zealand). Bagaimana menurut bapak, atau ada recomendasi beasiswa yg bisa saya ambil dengan Ipk yg kurang sexy itu 😄.. karna untuk menikah saya belum ada calonnya dan saya juga tidak berniat melangkahi kakak-kakak saya, maka saya tertarik untuk terus belajar dn memperluas pengalaman sambil kalau bisa menghasilkan uang untuk kirim-kirim ke orngtua nantinya.

    Terimakasih sebelumnya..

    Jeonlia,
    IPK 3.2 bukan satu-satunya alasan untuk mendapatkan atau tidak mendapatkan beasiswa dari Luar Negeri seperti KGSP atau NZAS. Waktu saya mendapat beasiswa Overseas Fellowship Program, IPK saya malah hanya 2.59. Yang penting nilai lainnya seperti Toefl atau IELTS anda tinggi. Kalau bisa nilai Toefl (paper based) anda minimal 600, atau IELTS anda overall band minimal 6.5 atau 7, dengan masing-masing band (Reading, Listening, Writing, Speaking) tidak ada yang kurang dari 6.
    Terpenting adalah menyusun CV anda nanti. Anda mau kerja seperti apa : social worker, teacher, NGO activist in english education ? Apakah anda sering membantu masyarakat seperti : menyopir ambulance, memasak di dapur umum untuk korban banjir ? Cerita harus se wah mungkin, nilai objective test (Toefl, IELTS) harus setinggi mungkin, nanti sisanya akan mengalir dengan sendirinya.
    Good luck Jeonlia…!

    Reply

  91. maria
    Apr 05, 2016 @ 12:35:36

    slamat siang pak, salam kenal ya , ini dengan saya, maria di Ambon, pak saya sekarang lagi bingung mau lanjut S2 tapi masih bingung ambilnnya di mana dan bingung juga mau ambil jurusan apa ? karena saya lulusan jurusan Ekonomi dengan konsentrasi manajemen pemasaran

    Reply

  92. Elisa Nunes
    Apr 11, 2016 @ 13:13:10

    Selamat siang pak Joko,
    Senang dapat web anda. Saya Elisa di Timor Leste. Saya lulusan diploma Informatik dan sudah bekerja di Telkom Timor 12 tahun. Saya mulai berpikir untuk mengambil kursus bahasa Inggris dan ingin melanjutkan study saya. Yang ingin saya tanyakan kira2 jurusan apa yang prospeknya bagus di masa depan? saya ingin menambah pengetahuan saya pak sehingga kelak saya masih tetap bekerja di perusahaan ini tapi tentunya dengan posisi yang lebih terjaminlah 🙂 bukan seperti selama ini hanya di bagian monitoring dan performance. Sudah saatnya perbaharui diri pak. Mohon sarannya ya pak. Email saya elisada82@yahoo.com
    sekali lagi terimakasih. God bless!

    Reply

    • Ewin Ringo
      Jul 08, 2016 @ 18:11:09

      Pak,,perkenalkan saya ewin program studi Manajemen Bisnis di PTN, IP saya >3,00 lalu saya ingin ambil S2 di bagian Program Studi Pertambangan, Apakah bisa ambil program S2 tersebut?
      Tolong solusinya,pak

      Erwin,
      Menurut saya kalau Erwin S1 Pertambangan dan S2 Manajemen masih oke.
      Tapi kalau dibalik ? Wah, saya tidak tahu. Tanya aja ITB atau UGM.

      Reply

  93. Afi
    Jun 22, 2016 @ 09:13:07

    Selamat pagi pak, senangnya bisa menemukan blog bapak, harap di balas ya pak. Menurut bapak, lulusan S1 Akuntansi , apakah perlu mengambil pendidikan profesi akuntansi? atau s2? atau malah langsung bekerja? jujur saja saya sangat menginginkan kuliah s2 di luar negeri dengan beasiswa karena saya ingin mendapatkan life experiences pak mumpung masih muda, tetapi beberapa org mengatakan jika saya ingin bekerja di KAP atau di perusahaan lebih baik langsung kerja. saya benar-benar bingung jadinya hehe, mohon sarannya ya pak terimakasih

    Afi,
    Kalau Afi ingin kerja di KAP, bisa ngambil profesi Akuntan (Ak) dulu.
    Tapi kalau pengin jadi dosen atau kerja di NGO, gak perlu ambil profesi Akuntan dulu dan
    langsung ngambil S2 baik di dalam negeri, tapi lebih baik sih dapat beasiswa ke luar negeri seperti
    dari AAS, Fullbright atau Chevening.
    Good luck ya..

    Reply

  94. risma
    Jun 23, 2016 @ 11:59:33

    saya agak telat baca ya
    Pak saya juga mau minta pendapat, saya

    Reply

  95. tursia bella
    Jul 10, 2016 @ 11:48:17

    selamat siap pak, saya mau tanya. S1 ini saya mengambil kuliah jurusan akuntansi, saya ingin melanjutkan s2 karna orang tua saya juga mendukung, cuma saya bingung jurusan apa lagi yg saya akan ambil? Tolong gimana pendapat bapak atas kebimbangan saya ini. terimakasih sebelumnya

    Reply

  96. tursia bella
    Jul 10, 2016 @ 11:57:01

    selamat siang pak. senang sekali membaca web anda yg satu ini. Saya kuliah sekarang di jurusan s1 akuntansi kebimbangan saya akan melanjutkan s2 hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja sebenernya, saya bingung s2 mau mengambil jurusan apa pak padahal keinginan saya melanjutkan s2 sudah didukung oleh ke2 orang tua saya. menurut bapak jika s1 saya akuntansi jurusan apa yg cocok untuk melanjutkan ke jenjang s2? terimakasih pak sebelumnya.

    Reply

  97. tursia bella
    Jul 10, 2016 @ 11:59:31

    Selamat siang pak. senang membaca web anda yg ini. Saya kuliah sekarang di jurusan s1 akuntansi kebimbangan saya akan melanjutkan s2 hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja sebenernya, saya bingung s2 mau mengambil jurusan apa pak padahal keinginan saya melanjutkan s2 sudah didukung oleh ke2 orang tua saya. menurut bapak jika s1 saya akuntansi jurusan apa yg cocok untuk melanjutkan ke jenjang s2? terimakasih pak sebelumnya.

    Bella,
    Jika S1 anda Akuntansi, dan anda berminat jadi Dosen, maka S2 anda harus linear dengan S1 anda.
    Itu artinya anda harus ngambil S2 Akuntansi juga.
    Kecuali kalau cita-cita anda tidak menjadi Dosen, maka anda boleh ngambil S2 bidang apa saja,
    seperti Public Policy atau Management.
    Salam dan good luck ya..

    Reply

  98. Jeff
    Jul 28, 2016 @ 01:21:12

    halo pak, saya adalah lulusan akuntansi dari salah satu PTN dengan IPK 3,4. saat ini saya dihadapkan pada pilihan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 akuntansi karena orang tua masih bisa mendukung secara financial, akan tetapi disisi lain saya sudah mendapat beberapa panggilan untuk mengikuti wawancara dan atau seleksi di beberapa perusahaan. saya untuk saat ini masih belum terpikir untuk menjadi seorang dosen, akan tetapi banyak opini2 yg menyatakan jika lulus s2 fresh graduate peluang terbesarnya hanya menjadi dosen. menurut bapak bagaimana peluang kerja untuk lulusan S2 fresh graduate saat ini diluar menjadi tenaga pendidik/dosen? apakah saya lebih baik saya bekerja dulu ataukah langsung melanjutkan ke jenjang S2 untuk profesi saya kedepannya? terima kasih pak sebelumnya untuk pencerahannya
    mpi

    Jeff,
    Kalau dari pengalaman para mahasiswa saya di program S2, hampir semuanya sudah kerja.
    Jadi dari pengalaman ini saya sarankan Jeff kerja 1-2 tahun dulu, baru ambil S2.
    Kalau langsung ngambil S2, kesannya memang untuk menjadi dosen, bukan untuk bekerja non-dosen.

    Reply

  99. evituasikal
    Sep 13, 2016 @ 07:56:31

    pak gimana ya cara menyelesaikan kuiah dengan cepat? saya masih maba dan bertekad untuk menyelesaikan studi saya secepatnya dan ingin segera s2.
    terimakasih

    Reply

  100. habibullah
    Sep 24, 2016 @ 10:45:53

    Assalamu’alaikum…
    Salam kenal Pak,

    Terimakasih atas ceritanya.
    Memang bukan hal yang mudah untuk mengambil suatu keputusan antara lanjut S2 atau bekerja, karena kehidupan di masa yang akan datang (entah itu lanjut S2, atau bekerja) begitu sangat abstrak, keabstrakan itulah yg membuat saya dilema akan dua hal tersebut.

    Reply

  101. Elly Syuroya
    Oct 25, 2016 @ 09:11:16

    Assalamualikum pak, penjelasan bapak sangat membantu
    saya saat ini juga mengalami hal seperti itu, dilema untuk melanjutkan S2 atau kerja, dengan kondisi orang tua sudah tidak bisa lagi membiayai untuk lanjut S2, saya anak terakhir, dengan kondisi orang tua, sudah tidak muda lagi dan sering sakit, yang menjadi pertimbangan saya pak, saya lanjut S2 dan harus bisa dapat beasiswa, atau saya kerja, kedua pilihan tersebut berat , karena disatu sisi saya tidak tega meninggalkan orang tua saya di rumah sendiri dengan keadaan sakit, mohon penjelasan bapak , jika saya memilih buat lanjut S2, berarti saya mewujudkan mimpi yang sudah saya bangun selama ini, tapi dengan konsekuensi saya harus jauh dari orang tua, meskipun saya kerja , saya juga harus jauh dari orang tu, bagaimana pak, pilihan nya orang tua atau karir. terima kasih

    Mbak Elly,
    Pilihan anda memang sulit, bekerja akan jauh dari orang tua yang sakit, tapi
    memburu gelar S2 juga akan jauh dari orang tua yang sedang sakit juga. Tapi
    kalau anda di rumah saja menunggu orang tua yang sakit, itu menurut saya juga
    tindakan yang tidak sepenuhnya benar.
    Yang penting orang tua sudah mendapatkan pengobatan yang memadai dan masih bisa
    mandiri. Kalau tidak, ada orang lain (adik, ibu atau tetangga, saudara) yang
    menjaganya. Karena kalau orang tua anda ditungguin terus oleh anda, cita-cita
    orang tua menyekolahkan anda supaya bisa kerja atau menempuh pendidikan tinggi
    juga tidak tercapai.
    Yang penting ketegaran anda meninggalkan orang tua yang sedang sakit, dan juga
    keikhlasan orang tua anda melepas anda bekerja atau menempuh S2.

    Reply

  102. Mentari
    Oct 29, 2016 @ 08:16:26

    Selamat pagi Pak, saya sudah membaca tulisan Bapak ini berkali-kali sebelum saya memutuskan untuk ikut minta pencerahan dari Bapak juga.
    Saya adalah mahasiswi S1 keperawatan semester 7, IP saya terakhir 3.89. Tapi umur saya saat ini sudah mau menginjak 26 tahun. Saya tinggal di kabupaten dan desa kecil. Dan di daerah saya jarang sekali orang dengan lulusan sarjana. Saya lulus Smk tahun 2009. Teman-teman dilingkungan saya rata-rata hanya lulus SMP dan ada beberapa yang lulus SMA/SMK.
    Saya berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Lulus SMA/SMK pun sudah bersyukur. Tapi sejak kecil cita-cita saya suatu saat nanti bisa kuliah di luar negeri. Alhamdulillah dari kecil saya sering menjadi juara kelas. Hal itu yang memacu saya untuk terus meraih pendidikan yang lebih tinggi. Karena kesulitan ekonomi setelah lulus SMK saya tidak melanjutkan kuliah. Dulu waktu itu masih jarang beasiswa dan informasi yang sulit saya dapat. Saya bekerja di kantor kecil di daerah saya. Meskipun begitu saya masih berharap untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Di kabupaten saya belum ada universitas. Adanya sekolah tinggi agama swasta itu saja hanya 1 waktu itu. Dengan alasan selalu sekolah di umum bukan madrasah saya tidak masuk di sekolah tinggi tersebut.
    Tahun 2012 saya mantap untuk melanjutkan kuliah. Saudara-saudara saya menyarankan, sebaiknya mengambil PGSD atau keperawatan. Saya mengambil PGSD karena biayanya lebih murah. Saya mengambil jalur ekstensi hari minggu. Dan perkuliahannya itu diadakan di bangku sekolah-sekolah SD. Istilahnya kuliah cabang. Saya bekerja dari senin sampai sabtu dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam. Ditambah hari minggunya saya kuliah berangkat habis subuh sampai sana pukul 8 pagi dan pulang malam. Satu tahun kuliah saya mengalami banyak kesulitan karena sistem perkuliahannya yang hanya mencuplik. Misal A-Z yang kami pelajari hanya di J nya saja karena perkuliahan yang hanya beberapa kali pertemuan. Seolah hanya kuliah formalitas yang penting dapat ijazah. Saya merasa kualitas saya sebagai guru kelak sangat rendah. Dengan berbagai pertimbangan dan saran dari berbagai pihak akhirnya saya memutuskan untuk keluar.
    Di umur saya yang semakin tua peluang saya untuk masuk ke PTN sangat susah. Karena tidak ada jalur ekstensi di daerah yang dekat dengan saya tahun 2013 saya keluar dari kantor saya bekerja dan memutuskan masuk keperawatan regular. Yang saya tempuh selama 2 jam perjalanan dari rumah. Dan sepulang kuliah saya membantu orang tua bekerja. Saya memilih S1 daripada D3 dengan alasan hanya terpaut 1 tahun. Ternyata sampai disini muncul masalah setelah masuk saya baru dapat informasi kalau D3 keperawatan bisa langsung bekerja sedangkan S1 keperawatan tidak diterima bekerja di rumah sakit. Dan bagi S1 diwajibkan untuk kuliah lagi profesi 1 tahun yang biayanya tidak sedikit. Sekitar kurang lebih 25 jutaan. Untuk sampai di semester 7 ini saja saya benar-benar membutuhkan perjuangan yang berat karena biaya yang tidak sedikit dan kampus saya swasta. tidak pernah menyediakan beasiswa.
    Saya tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan kuliah profesi tersebut saat ini. Di lain sisi saya takut mengecewakan orang tua karena kuliah perawat dengan biaya banyak tapi lulus sarjana malah belum bisa bekerja. Misalkan suatu saat saya mampu melanjutkan kuliah profesi tersebut apakah tidak sebaiknya biayanya saya pakai untuk melanjutkan S2 saja? di jurusan public health misalkan, Karena kalau saya ambil S2 keperawatan harus melalui kuliah profesi baru bisa S2 keperawatan setelah itu harus mengambil kuliah lagi kuliah spesialis yang biayanya benar-benar sangat besar.
    Apakah saya bisa mencari beasiswa luar negeri untuk S2 di public health meskipun saya lulusan S1 keperawatan tanpa ners/profesi?
    Mohon pencerahannya pak..terimakasih

    Mentari,
    Terima kasih atas ceritanya yang menginspirasi. Anda datang dari keluarga sederhana tapi tidak pernah patah semangat untuk mencari yang terbaik di tengah keterbatasan keluarga dan juga keterbatasan daerah tempat anda tinggal selama ini. Dan andapun rupanya anak yang pintar karena nilai anda bisa bagus sekali (sebagai contoh, IPK saya hanya 2,59 ketika lulus dari PTN di Bogor).
    Jadi singkat cerita, orang seperti anda ini yang pantas saya bantu, walaupun hanya bantu berdoa dan memberikan solusi=solusi (bukan solusi keuangan).
    Jadi saran saya, selesaikan dulu pendidikan yang bisa anda selesaikan di tempat anda sekarang. Raihlah gelar S1 dulu dengan ijazah, walaupun belum berupa ijazah profesi (kecuali ada orang atau saudara yang mau meminjami anda uang 25 juta).
    Tentu saja anda bisa melanjutkan studi S2 di dalam negeri ataupun di luar negeri. Saya hanya bertanya, seberapa tinggikah nilai skor anda dalam test bahasa Inggris seperti Toefl atau IELTS ? Karena skor itu nanti yang akan menjadi modal anda pergi ke luar negeri.
    Sementara ini tetaplah bekerja keras dan jangan segan membantu orang di lembaga swadaya masyarakat ataupun di saat masyarakat ada kesulitan. Buatlah foto dan tulisan anda waktu membantu masyarakat, bila perlu, buatlah Blog seperti Blog saya ini.
    Saya bercita-cita anda bisa sekolah di luar negeri dengan beasiswa dari Australia, Singapura atau Eropa. Mudah-mudahan.

    Reply

  103. Mentari
    Oct 29, 2016 @ 08:19:48

    Ya allah saya sudah mengetik banyak kok hilang

    Ada kok…tadi sudah saya baca dan sudah saya jawab…

    Reply

  104. Shanti
    Nov 24, 2016 @ 22:06:15

    Saya mau tanyak pak, saya lulusan s1 adm negara beberapa bulan yg lalu dgn ipk >3.00 <3.50. Saat ini saya masih nganggur. Bagus nya saya berusaha cari kerja dulu atau nyambung s2 ya. Kalau s2 cocok nya jurusan apa ya pak? Apakah bisa jika s2 nya manajemen keuangan?

    Shanty,
    Kalau boleh saya saran, sebaiknya Shanty ambil dulu kegiatan yang bisa dikerjakan dalam waktu dekat.
    Apakah berarti mendapatkan pekerjaan, ataukah sekolah lagi. Teorinya sih, kalau alumni PT tidak segera dapat pekerjaan, berarti sebaiknya yang bersangkutan mencari kegiatan dengan sekolah lagi ke jenjang yang lebih tinggi.
    Cobalah di beberapa PT, siapa tahu Shanti bisa diterima di S2 Manajemen Keuangan.
    Tidak ada alasan untuk merasa pesimistis.
    Good luck Shanty !
    p.s. Kalau nilai TOEFL atau IELTS anda tinggi (TOEFL lebih dari 550 atau IELTS lebih dari 5.5) anda bisa melamar melanjutkan studi ke Aussie, UK, Daratan Eropa (Erasmus Mundus), atau US….

    Reply

  105. Ade
    Jan 11, 2017 @ 20:09:46

    malam pak, saya seorang lulusan SMK, terus sekarang masih nganggur udah mau 2 tahun, saya rencana tahun ini mau kuliah sambil nyari kerjaan, rencana ngambil jurusan IT, saya ingin lanjut s2 tapi apakah bisa saya selesai s2 di umur 26 tahun ? saya sekarang umur 19 tahun. Penyebab saya nganggur, tahun pertama saya ikut snm gagal, lalu nyari kerja dan nganggur tahun kedua ikut sbm dan ujian mandiri ke negeri gagal lagi, dan nyari kerja terus masih nganggur sampe sekarang, kenapa saya ngambil negeri karena di negeri biayanya terjangkau, kalau di swasta saya ga sanggup. Tapi tahun ini saya mau nekad sambil kuliah sambil nyari kerja juga, tapi saya juga pengen lanjut s2 dan target 26 tahun sudah lulus apakah bisa ? maaf kalau ceritanya ga beraturan pak

    Ade,
    Maaf posting ini untuk yang lulus S1 mau lanjut S2.
    Kalau anda baru lulus SMA/SMK saya tidak bisa menjawab,
    mungkin blog lain bisa.

    Reply

  106. sasa
    Jan 18, 2017 @ 11:29:11

    Dear Bapak Triwahjono,

    bapak, bisa minta saran dan advice nya?
    saya baru saja lulus dari graduate school swasta di surabaya dengan jurusan Master of Management, concentrate nya Family business management. saya lulus dengan IPK 3.75 (magna cum laude). u/ s1 saya selesai skripsi tahun 2013 akhir tapi baru di nyatakan lulus 2014 awal (ini gmn itungannya? harusnya kan saya lulus 7 semester karena mulai 2010. but i have no official documents to prove it), saya lulus s1 dari jurusan business management di PTS terkenal di surabaya dengan ip 3.62 (cum laude).
    sekarang saya galau pak, soalnya kemarin sekolah s1+s2 itu cuman nurutin mama papa, saya niatnya mau ambil design tapi di suru ambil jurusan bisnis karena mama papa punya bisnis. tp saya sama sekali nggak niat nerusin bisnis nya mama papa (i have 0 interest in their business). kemarin agustus-desember 2016 saya sempat dapet beasiswa untuk language training ke korea selatan, dan saya berniat untuk kembali ke sana untuk S2 lagi. menurut bapak bagaimana dengan keputusan saya ini?
    untuk jurusannya, pertama saya mau ambil strategic management..tapi setelah dipikir pikir lagi SM punya syllabus yg mirip seperti S1 dan S2 saya, lalu saya tertarik untuk belajar finance / economic (S2). saya sudah memilih sekolah, tp sekolah yang mau saya apply ini (beasiswa) lebih fokus ke public policy. jadi mereka punya jurusan master of public policy, concentrating in finance and macroeconomics << saya mau ambil jurusan ini, kalau menurut bapak bagaimana?

    jujur saya dilemma banget..karena saya bingung karir apa yang bisa saya ambil setelah lulus dari public policy ini. jujur aja, target saya setelah lulus s2 public policy saya mau kerja di luar negri (anything other than indonesia) jadi saya bingung kira kira bisa kerja apa dengan gelar master of public policy dari salah satu sekolah terkenal di korea selatan.

    lalu untuk pengalaman kerja, setelah saya selesai skripsi (2013) saya sempat kerja 2 bulan di perusahaan swasta , lalu mulai dari juli 2014-juni 2016 saya kerja sebagai dosen part time di salah satu universitas swasta di surabaya.

    saya mau apply beasiswa karena keluarga saya sama sekali nggak setuju sama keputusan saya untuk s2 di korea, tapi saya ttp mau berangkat dan karena saya sendiri nggak punya banyak uang, jadi pilihan satu satunya adalah beasiswa. kira kira pak, bagaimana peluang saya untuk bisa dapat beasiswa di luar negri terutama di korea pak, mengingat saya sudah mempunyai S2. kira kira perlu saya cantumkan nggak pak ijazah s2 nya untuk aplikasi beasiswa nya?

    terima kasih atas saran dan bantuannya^^

    Dear Sasa,
    Kelihatannya anda gadis yang smart dan optimis, dan sebenarnya punya latar belakang keluarga yang mapan, tapi anda ingin sedikit mendapatkan “kemerdekaan”. Tidak apa-apa sih menurut saya. Dari 2 cerita anda saya punya kesimpulan begini:
    1. Credential anda untuk bidang akademis cukup meyakinkan, karena lulus S1 dan S2 cumlaude.
    2. Credential anda untuk bahasa Inggris juga cukup meyakinkan, dengan 2 test toefl di atas 600 (cuman saya nanya lagi, itu Toefl beneran atau Prediction ? Terus saya sarankan juga anda untuk mengambil Ielts juga just in case anda mau meneruskan s2 atau s3 di Inggris atau Australia).
    3. Sebelum apply untuk beasiswa S2 (lagi, karena ortu mungkin tidak setuju anda ngambil S2 lagi), anda harus mengarang cerita, nanti karier anda itu sebagai apa: dosen, konsultan, atau businesswoman ? Karena di dalam formulir beasiswa manapun (Chevening ke UK, Aminef ke US, atau AAS ke Aussie), harus ada syarat latar belakang pendidikan, bidang pendidikan yang akan anda ambil nanti, dan karier setelah pulang dari dapat beasiswa itu harus segaris (in line), supaya ceritanya mudah. Misalnya kalau S1 anda Business, S2 anda juga Business, maka sebaiknya S2 yang akan diambil juga Business (dengan alasan, anda harus tukar bidang peminatan, misalnya dari Marketing dan HRD ke Information Systems and Finance).
    4. Kalau ada kata-kata “Public Policy” itu ada kesan anda akan kerja di Pemda, Pemprov atau di Pemerintah Pusat, soalnya kalau akan kerja di swasta kan rada aneh kalau anda mengambil Public Policy. Minimal kerja atau berkarier di LSM (NGO).
    5. Anyway, semua skenario harus dibuat sekaligus. Sebaiknya Sasa menskenariokan diri ngambil S2 lagi ke Korea di bidang Finance dan Public Policy (karanglah cerita, nanti mau mendirikan LSM yang self supported di bidang pendanaannya). Tapi juga harus mencoba AAS ke Aussie, Chevening ke UK, dan Aminef ke US. Mulai hari ini, Sasa bisa mulai mendownload formulir pendaftarannya.
    6. Boleh nyari beasiswa diam-diam, tapi sebelum berangkat, Bapak Ibu harus diberitahu. Siapa tahu Bapak Ibu justru happy dan nanti akan menyambangi Sasa ke Korea sambil mampir Pulau Jeju dan melihat Korea University dan lokasi-lokasi ex film Winter Sonata…:)

    Demikian saran saya Sasa, good luck !!!

    Reply

  107. sasa
    Jan 18, 2017 @ 11:39:54

    sambungan –

    oh ya pak untuk TOEFL. saya punya certificate TOEFL ITP dengan nilai 607 dari 670. dan berencana mengambil toefl ibt nanti bulan feb 2016 dengan target nilai 110. kira kira gmn ya pak kesempatan saya untuk dapat beasiswa?

    Dear Sasa,
    Kelihatannya kemampuan bahasa Inggris Sasa lumayan bagus, tapi perlu dicoba juga mengambil tes IELTS
    siapa tahu nanti juga melamar beasiswa ke Inggris atau Australia.

    Reply

  108. muhammadagunghidayatullah
    Feb 02, 2017 @ 06:57:25

    Assalamualikum pak.

    Perkenalkan pak saya Agung saya sekrang berada di semester 4 dengan kuliah jurusan Hubungan Internasional di jakarta dan dengan IPK sementara saya juga >3.33, saya sangat senang bisa menemukan tulisan bapak karena sedikit menjawab kegalauan saya untuk lanjut s2 atau berkerja. Saya anak bungsu dari 6 bersaudara pak dan saya juga berasal dari keuarga yang lumayan mencukupi untuk membiayakan saya kuliah di dalam dan di luar negeri pak. Saya lemah pada bahasa inggris pak tapi saya sudah mulai merintis kemampuan bahasa inggris saya dengan bergabung dengan kursus bahasa inggris yang ternama di Jakarta, hal tersebut tak lain dan tak bukan untuk memperbaiki bahasa inggris saya guna mempermudah mimpi saya untuk mengambil S2 di luar negeri, sekarang saya juga sedang di sibukan dengan kegiatan organisasi saya di kampus guna memperkaya softskill saya di bidang public speaking pak. Maaf saya curhat dulu, ada beberapa hal yang saya ingin tanyakan pak

    1. Saya berencana mengambil internasional bisnis untuk S2 saya ga masalah di dalam atau di luar negeri pak, yang saya tanyakan apakah hal internasional bisnis linear dengan S1 Hubungan internasional saya….
    2. Kalaupun internsional bisnis tidak linear dengan S1 hubungan internasional saya, saya berencana mengambil S2 ilmu politik, yang saya tanyakan apakah tidak masalah jika saya mengambil 2 S2, misalkan saya udah lulus S2 internasional bisnis di umur 24 saya langsung mengabil ilmu politik, apakah hal tersebut bisa jika saya mampu pak ( bukan mampu financial tapi otak )..
    3. Yang terakhir tolong kasih saran untuk jurusan S2 di dalam atau luar negeri yang cocok menurut bapak untuk saya…

    Terima kasih pak…

    Agung,
    Saya banyak menemukan anak yang memilih Hubungan Internasional di S1 nya dan berasal dari keluarga mampu, namun lalu ilmu HI-nya gak pernah dipakai. Harusnya dari HI kan bekerja di Deplu dan meniti karier di sana. Seperti halnya yang lain, anda cenderung ngambil S2 di bidang International Business. Saya tidak tahu itu bisa atau tidak, tapi mungkin dengan persyaratan tertentu (nilai TOEFL atau IELTS tinggi, nilai GRE atau GMAT tinggi) anda bisa diterima di program Master bidang International Business.
    Tapi sudah tentu itu tidak linear, tapi jangan khawatir linear atau tidak itu hanya dipakai kalau anda meniti karier sebagai dosen.
    Jadi singkat saja, coba saja segala cara sehingga anda bisa melanjutkan Master’s bidang International Business di luar negeri, tetapi siapkan dulu kemampuan analisis anda selama di Indonesia dengan berlangganan koran berbahasa Inggris seperti The Jakarta Post atau berlangganan tv kabel Indovision dan memilih channel berita atau bisnis luar negeri, sekedar memberi expose bagi anda terhadap bahasa Inggris plus cara analisis orang bule yang cenderung detail.
    Mengambil master 2 bidang itu hanya menghabiiskan uang dan waktu anda, kecuali uang dan waktu anda tidak terbatas.
    Gitu aja sih Gung. Good luck !

    Reply

  109. gloria
    Feb 11, 2017 @ 13:30:09

    Assalamualaiku Pak bisa saya bertanya😊…?
    Saya mahasiswi D3 BAHASA INGGRIS,UNDIP Lulus target 2 th lgi.
    Rencana mau melnjutkan S1 Di PTN.
    saya minatnya S1 Hubungan Internasional,tapi kalau negeri sepertinya sulit
    kebanyakan harus linear.tidak bisa martikulasi.
    apa bisa Martikulasi Pak…?

    Apakah saya harus lanjut ke S1 SASTRA INGGRIS,dan melanjutkan S2 ke HUBUNGAN INTERNASIONAL Di Universitas Luar Negeri.
    Mohon direspon ya Pak.

    Gloria,
    Mengapa sih anda pengin banget kuliah di jurusan Hubungan Internasional ? Apakah anda ingin menjadi Diplomat ? Sebenarnya kalau benar anda mau jadi Diplomat, lebih baik anda mengambil jurusan Hukum atau Ekonomi karena kans-nya juga sama besar. Apakah karena anda sekarang mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris atau Sastra Inggris ?
    Menurut saya sebaiknya kalau anda sekarang mengambil D3 Bahasa Inggris, anda meneruskannya bisa S1 Sastra Inggris (Undip), Pendidikan Bahasa Inggris (Unnes) atau Literatur (Undip, Sugiyapranata). Nah nanti anda mengambi master-nya bisa di Australia, untuk jurusan English Education, TESL (Teacher of English as Second Language), atau English Literature. Soalnya kalau anda mau menjadi Dosen (profesi paling menyenangkan di dunia), linearitas atau ilmu sejenis yang anda alami sewaktu kuliah itu amat sangat penting.
    Good luck !

    Reply

  110. zizahfaiza
    Feb 11, 2017 @ 15:10:15

    Sore Pak
    Saya sebenarnya masih kelas 12 sma. Dan akan lulus tahun ini. Saya berencana ingin masuk jurusan administrasi negara di ub, tapi orang tua Saya menginginkan Saya masuk di jurusan manajemen. setelah Saya konsul dengan guru bp Saya. Ternyata kalau mau masuk manajemen ub agak susah. Karena jika Saya masuk jurusan manajemen ub. Saya berada di posisi ke 5. Sedangkan untuk jurusan administrasi negara saya berada di posisi 1. *(snmptn) Tetapi orang tua saya tetep bersikukuh untuk menginginkan saya masuk di jurusan manajemen. kata ayah saya, prospek kerja administrasi negara masih kurang. Kalau manajemen. Prospek kerja nya luas. Apakah saya perlu melanjutkan s2 manajemen. Atau bagaimana ya pak? Mohon bantuannya. Trimss…

    Zizah,
    Wah saya senang sekali ini mendapat pertanyaan anak yang masih SMA…rasanya seperti mendapat durian runtuh…
    Waktu yang tepat untuk bertanya justru sewaktu Zizah di SMA. Saya kok agak setuju dengan orang tua Zizah bahwa pada saat ini di Indonesia, lulusan jurusan Administrasi Negara relatif lebih sulit mendapatkan pekerjaan yang diinginkan dibandingkan dengan lulusan jurusan Manajemen. Bidang kerja lulusan Manajemen sangat luas (seperti juga lulusan Teknik Informatika), jadi tidak sulit buat mencari pekerjaan nantinya. Dan bagi orang tua, melihat anaknya diterima bekerja itu rasanya senaaaang setengah mati.
    Singkat kata, kalau mengambil jurusan di universitas itu sebaiknya juga memperhitungkan peluang kerja setelah lulus nanti. Karena kuliah 3-4 tahun itu akan serasa sangat cepat kalau dijalani nanti, secepat mengedipkan mata.
    Oh ya, tapi saran saya ini tidak berlaku bila Zizah berasal dari keluarga sederhana seperti PNS atau TNI/Polri. Sehingga kalau ada kesempatan masuk jurusan Administrasi Negara UB dengan jalur SNMPTN yang biayanya minimal, sebaiknya diambil saja. Karena juga ada Adegium (Pepatah), sebaiknya kesempatan bagus pertama itu diambil. Langkah berikutnya, bisa dipikirkan sambil jalan. Nanti S2 juga bisa melamar beasiswa ke Australia untuk jurusan Government atau Business Administration.
    Intinya, saya mendukung Zizah maju terus sekolahnya sampai yang setinggi-tingginya.
    Good luck !

    Reply

  111. Alicia
    May 13, 2017 @ 00:43:53

    Salam Pak Triwahjono,

    Perkenalkan saya Alicia. Saya lulusan S1 Pendidikan Bahasa Inggris dengan IPK > 3,5. Saya sudah bekerja bahkan 3 kali pindah kerja. Yang pertama bidang PR, bidang kedua di sebuah les privat dan sekarang saya mengajar di sekolah. Tipikal milenial sekali ya? Hehehe. Sebenarnya saya sudah menemukan passion saya yaitu mengajar. Tetapi jauh di dalam lubuk hati saya, saya masih ingin bekerja di korporat (bidang HR terutama training). Kelihatannya tidak nyambung ya? Saya berminat ke bidang tersebut karena saya ingin berkarir lebih baik dan sesuai passion. Usia saya tahun ini 27 tahun, sudah “kurang muda” dibandingkan yang fresh graduate.
    Dosen saya dulu menyarankan saya untuk S2 di luar negeri dengan jurusan yang linear tapi saya sebenarnya tidak berminat jadi dosen. Rencana saya sembari bekerja jadi guru saya ambil kelas sore S2 Managemen SDM. Saya takut menyesal di tengah jalan, Pak. Menurut Bapak, saya kejar cita-cita saya di HR atau mengikuti saran dosen saya mengambil S2 di luar negeri itu? Satu lagi, orang tua saya sudah pensiunan, saya sekarang jadi “tulang punggung” keluarga seperti bayar tagihan ini-itu. Kalau saya S2 di luar negeri, apa saya masih bisa mengirim untuk orang tua? Kalau menurut nurani saya sih, hitungannya korupsi hehehe kan biaya kuliah untuk saya belajar bukan untuk yang lain-lain. Kalau S2 biaya sendiri (Manajemen SDM), bisa saya usahakan sendiri (sudah memperkirakan dari jauh-jauh hari dan punya bisnis sampingan). Selain S2, apakah ada saran dari Bapak untuk berkarir di bidang HR sembari saya bekerja sebagai guru? Terimakasih sebelumnya ya Pak.

    Alice (biar kayak Alice in Wonderland),
    Kayaknya pilihannya bagi anda hanya dua : bekerja di corporate sebagai HR specialist, atau jadi dosen/guru. Sedangkan berbisnis itu sampingan (saya sarankan berbisnislah selagi muda, karena kalau nunggu tua kayak saya sudah terlambat untuk memulai bisnis). Nah, dari dua pilihan itu kira-kira anda lebih cocok kemana ? Apalagi Alice sekarang jadi tulang punggung keluarga dan diharapkan dapat membayar ini-itu. Jadi menurut saya bekerja di Corporate sebagai HR lebih bagus, kalau ada waktu ngambil S2 baik secara langsung kuliah di kampus atau secara online (misalnya di Binus).
    Kalau Alice pengin jadi guru/dosen, kayaknya dunia HR harus dilupakan deh. Berjuang untuk ngambil S2 di luar negeri misalnya Australia juga lumayan berat lolosnya, kecuali nilai IELTS Alice bagus dan Alice bisa membuat karangan di Curriculum Vitae-nya. Tapi kalau sekolah di LN juga paling bisa ngirim Indonesia sekitar 100-200 Australian Dollars (1-2 juta rupiah) dari total 1000-2000 Australian Dollars yang Alice bakal terima nantinya. Apa bisa ?
    Jadi gitu, renungkan pelan-pelan, mana “track” yang akan Alice ambil….dan yakinlah dengan pilihan itu.
    Good luck !

    Reply

  112. Mahesa
    Jun 09, 2017 @ 20:20:59

    Kalo lulus S1 dengan ipk lebih dari 3.8 dan ditawari beasiswa S2 dengan univ yg sama saat S1, tapi keadaan orang tua yg sudah mulai “sulit” mencari nafkah, sebaiknya bagaimana ya pak ?

    Mahesa,
    Saran saya, fokus kerja dulu 1-2 tahun ini sambil melihat apakah orangtua anda bisa terbebas dari kewajiban mencari nafkah.
    Alangkah tidak bijaksananya, jika anda lebih mementingkan diri sendiri lanjut ke S2 dulu, kecuali anda bisa kerja extra dan bisa membantu meringankan beban orangtua dengan mengirimi mereka uang.

    Reply

  113. Mayda kizztiyas
    Jul 17, 2017 @ 22:04:31

    Salam kenal pak nama saya mayda saya suka sekali sama tulisan bapak sangat menginspirasi dan membantu untuk mengambil keputusab lanjut S2 atau tidak, saya baru saja lulus Sarjana pendidikan matematika di PTS dengn ipk >3,00 <3,50 saya ingin lanjut S2 tapi saya sendiri masih bingung mau melanjutkan dibidang yg linier atau tidak dan kebetulan juga saya sudah bekerja sebagai guru honorer. Kira-kira bapak ada saran tidak ya jurusan apakah yang sebaiknya saya ambil dengan latar belakang S1 pendidikan matematika tapi sekiranya S2 itu dapat berpontensi untuk menunjang pekerjaan saya kedepannya, walaupun kalo di tanya soal biaya ya saya juga masih mencoba cari-cari beasiswa atau menambung sampai dua tahun kedepan. Trimakasih pak

    Mayda,
    Wah…sulit-sulit gampang lho menjawab pertanyaan anda.
    Sebelum saya menjawab pertanyaan, mestinya Mayda bertanya kepada diri sendiri, pengin jadi apa sih Mayda dalam waktu 10-20 ke depan nanti ? Apakah mau jadi dosen ? Kalau ya, silahkan ambil S2, bidang apapun, ikuti aja kata hati Mayda.
    Apakah Mayda ingin jadi dosen dan nantinya mencapai pangkat Profesor ? Yah berarti S2 yang Mayda ambil, berikutnya S3 yang Mayda ambil nanti harus linier, karena SK Dirjen Dikti sekarang ini mengharuskan S1, S2 dan S3 linier kalau mau jadi Profesor.

    Kalau pengin jadi guru yang sukses, dan pengusaha yang sukses, ya Mayda paling hanya perlu mengambil S2, bidang apa saja yang Mayda suka. Kalaupun Mayda mengambil S3 nantinya, itupun sifatnya hanya menambah percaya diri dan memperluas perkawanan saja yang mendukung bisnis Mayda nantinya.

    Kemampuan bahasa Inggris Mayda sekarang seperti apa ? Berapa skor Toefl Mayda sekarang ? Skor IELTS berapa ?
    Saya kira pertanyaan kemampuan bahasa Inggris ini jauh lebih penting daripada semuanya tadi jika Mayda tidak punya biaya sendiri dan ingin sekolahnya mendapatkan beasiswa, terutama beasiswa dari luar negeri.

    Good luck in whatever you pursue, now and then….

    Reply

  114. Siang bolong
    Aug 25, 2017 @ 22:18:53

    Huadaaaa, wwww.
    Muda foya foya, tua kaya raya, tua masuk surga. Wkwkwkk.

    Reply

  115. Aali thien
    Aug 25, 2017 @ 22:24:38

    Pak. Saya punya cita cita banyak, Kalau misalnya kita udah selesai S1 jurusan matematika, apabisa kita langsung bekerja menjadi guru, sambil melanjutkan kuliah s2?
    Cocoknya jurusan apa s2 nya kalau s1 nya kita masuk Matematika.?
    Pokoknya jurusan s2 nya nanti, yang bisa jadi tua kaya raya😁😁. Hehehe

    Ali,
    Kalau tujuan anda muda foya-foya, tua kaya-raya, mati masuk surga….menurut saya S1 Matematika….S2 Bisnis…..dan S3 Teologi atau Ilmu Agama…..

    Reply

  116. Ilas Ihlasul
    Sep 12, 2017 @ 17:53:45

    Pak saya mau tanya juga dong… Saya baru llus s1 ipk ny sih 3,14 kecil sekali itu juga di univ suasta yang hadiuhh sudah lah,, saya gk pede tapi pengen banget ngelanjutin ke s2, s1 saya pendidikan bhsa inggris, bingung s2 ny mending ngambil apa yah pak yg prospek kdepan ny bagus saya kuper soalnya

    Ila,
    Kalau pengin jadi dosen, S2 harus linier dengan bidang studi S1 dulu.
    Tapi kalau gak mau jadi dosen, ya ambil aja S2 yang berguna bagi masa depan anda,
    misalnya S2 bidang Bisnis.

    Reply

  117. Nilna
    Oct 21, 2017 @ 13:29:08

    Halo, Pak. Isi blog ini sangat bagus dan bermanfaat meskipun saya sangat terlambat menemukan tulisan bapak. Saya ingin meminta saran, begini… saya seorang sarjana sastra Arab dari salah satu PTN ternama di Jogja. Saya punya keinginan kuat untuk melanjutkan s2 di salah satu PTN ternama di Jakarta dengan konsentrasi di bidang politik timur tengah (krn saya sempat mendaftar CPNS di kemlu bbrp waktu lalu tapi saya gagal sehingga saya membuat plan lain yg saya pikir bisa mengantarkan saya pada kesempatan lain utk bekerja di Kemlu). Menurut bapak bagaimana menanggapi rencana saya ini? Dan menurut bapak apakah ada pekerjaan lain yg mungkin sama bagusnya dg pekerjaan di Kemlu untuk jurusan sarjana saya? Trims sebelumnya, saya sangat berterima kasih bapak bersedia menanggapi.

    Mbak Nilna,
    Tidak semua pekerjaan yang kita cita-citakan itu jalan terbaik buat karier dan penghidupan (tempat dapat gaji) kita.
    Selain Kemlu tentu ada sederet pekerjaan yang sama menterengnya dengan itu misalnya Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Sosial, dsb dsb. Bahkan beberapa think thank seperti CSIS, dan yang lain.
    Saya sarankan mbak Nilna memperbaiki saja kemampuan bahasa Inggrisnya sehingga bisa lanjut S2 di bidang Middle East Studies baik di Australia, Inggris atau Amerika.
    Keep trying and good luck mbak !!

    Reply

Leave a reply to Irwan Cancel reply