Cerita tentang hujan dan geledek

[Warning : cerita ini mungkin tidak cocok untuk anak kecil yang belum dewasa. Jika anda belum dewasa, jangan melanjutkan membaca posting ini, atau resiko anda tanggung sendiri. Credit : terima kasih kepada senior saya, Pak Suwito, yang telah menceritakan cerita ini kepada saya di Bloomington, tahun 1987 yang lalu]

Pada suatu  hari di sekitar tahun 1972, di suatu sore hari yang cerah di kota Yogyakarta, berangkatlah sebuah Colt mengangkut penuh penumpang tujuan Bantul-Parang Tritis-Parang Kusumo. Di senja yang mendekati malam itu, Colt tersebut terseok-seok menapaki jalan aspal yang kurang begitu mulus. Hampir semua penumpang Colt jatuh tertidur dengan kepala mengangguk-angguk kecapean.

Tiba-tiba tereakan mbak bakul cabe memecah kesunyian, “Mas..mas…mas…stop..stop mas, saya mau pipis dulu”, kata si mbak tanpa malu-malu. Si sopir yang orang Bantul asli sebenarnya merasa malu hanya mendengarkan permintaan si mbak yang sangat terus terang itu. Biasanya wanita Jawa akan sangat menjaga mulutnya, dengan minimal mengajukan permintaan halus misalnya “Mas…saya harus mampir sebentar ke tempat saudara di pinggir jalan ini”..

Maka dengan nada gusar, si mas Sopir menjawab “Pipis dimana to ? Orang ini di tengah sawah dan nggak ada WC gini”

Si mbak pun menjawab “Hayooo…minggir nggak, kalau nggak minggir nanti saya pipis di Colt ini lho…”

Mendengar “ancaman serius” macam gini, si mas Sopir Colt pun mengalah dan menepikan Coltnya ke pinggir jalan. Si mbak pun berjalan gontai menuju tepi sawah. Diapun dengan tetap berdiri, membelakangi Colt dan sedikit merenggangkan kainnya dan mulai membuang air kecil….

Dan tiba-tiba terdengar suara “Duuuuuuttttt…….”. Rupanya si mbak bakul cabe nggak tahan selain mau pipis rupanya juga mau kentut… Lagi terdengar suara keras memecah kesunyian “Duuuuuutttttt……”

Dan si sopir Colt yang dari tadi sebel dengan tindakan si mbak yang ngomong terus terang dan buang air di pinggir sawah itu berkata “Oooooo….dasar wong wedok nggak mutu, udah kencing masih kentut lagi, memalukan !!!!!!”…

Si mbakpun sambil merapikan kainnya, menjawab kalem “Ya normal to mas, hujan itu selalu disertai geledek”

Si mas sopir Colt yang masih mangkel menjawab “Normal…normal gundulmu amoh !!!”, katanya dengan penuh perasaan sebel…

Si mbakpun dengan santai membuka pintu Colt, duduk kembali, masih dengan senyuman puas tersungging di bibirnya…

Dan si mas Sopir Colt pun masih tetap bersungut-sungut melihat bakul cabe yang sebenarnya wajahnya cukup manis, tapi dengan kelakuan minus itu…

Dan Coltpun kembali berjalan terseok-seok menuju selatan, dan seluruh sisa penumpang lainnya tetap terlelap dalam tidurnya. Tidak sadar kalau “Perang Dunia III” baru saja akan dimulai….

Hahaha….

4 Comments (+add yours?)

  1. totok
    Apr 12, 2009 @ 10:21:47

    Baca soal mbak bakul pipis ngadeg, jadi inget masa lalu. Di depan rumah agak ke kanan dikit, ada tegalan. Nah, setiap pagi dan sore selalu lewat did epan rumah, bakul-bakul dari pasar besar. Mereka itu selalu mampir di pinggir tegalan dan kemudian jarik dicincing, sambil masih berdiri terus howos…howos ada juga yang icir-icir (yang ini masih perawan kalee). Ternyata tegalan itu jadi tempat favorit bagi mbak-mbak bakul adi untuk pipis he…heee, nggak usah macem-macem tinggal kain mdicincing sampek ndlewer di kaki he…

    Hehehe…jaman itu mungkin nggak ada yang namanya CD….;-)

    Reply

  2. heri koesnadi
    Apr 12, 2009 @ 15:44:17

    kok saya gak ngerti maksudnya yah? :

    Heri,
    Wah…untung anda nggak ngerti…..;-)

    Sebenarnya rule tidak tertulis di Blog ini, jangan komentari posting yang anda tidak mengerti. Pilih saja posting yang bisa dimengerti oleh pembaca. Untung anda bilang tidak mengerti, coba kalau anda pura-pura mengerti dan mengomentari sesuatu…kan malah gimana, gitu….hehehehe…

    Lain kali, kalau ada posting yang tidak anda mengerti, jangan dikomentari. Karena blog ini menggunakan 3 bahasa, dan dengan style bahasa yang berbeda-beda pula….masing-masing untuk kelompok pembaca yang berbeda…

    Reply

  3. tutinonka
    Apr 15, 2009 @ 13:38:21

    Masih bagus si Mbak (atau Mbok?) bakul cabe itu nggak pakai ngangkat satu kaki belakang ya Pak (ha? kaki belakang?) …

    Bu Tuti,
    Karena masih muda, ya si mbak lah…. Kalau si mbok yang sudah tua, mengapa si sopir Colt harus care ? Biarin aja, lha wong udah tua…hahaha…

    Halah, ngangkat kaki belakang ? Emang niru nenek moyangnya ya Bu ?

    Hehehe…

    Reply

  4. simbah
    Apr 26, 2009 @ 23:47:43

    Itu jaman dulu, karena mBok-mBok bakul kayu atau bakul areng yang turun dari nDungus ke Mediyun kebelet pis sambil nggendong bongkokan kayu atau arengnya, daripada menurunkan bebannya dan selak gak sronto, maka langsung mbegagah….sambil berdiri….umum…tapi itu dulu..

    Simbah,
    Iyo mas, ini so pasti cerita dari jaman dulu. Waktu itu yang namanya “teknologi CD” barangkali belum ada, makanya dengan hanya mbegagah…sudah bisa buang hajat, daripada keburu kebelet, dan daripada mbayar..(kalau jaman sekarang)…

    Tapi yang aneh, cerita seperti ini tidak bisa dimengerti oleh anak jaman sekarang (baca komentar di atas). Mungkin mereka kesulitan buat ngebayanginnya…hehehe…

    Reply

Leave a reply to totok Cancel reply