Courtesy : tersenyumlah…

Akhir pekan kemarin ini koran-koran Indonesia sibuk memberitakan hasil survei sebuah koran Swedia yang menempatkan penduduk Indonesia adalah penduduk yang paling murah senyum sedunia, baik di kalangan masyarakat awam (people on the street) maupun senyum untuk keperluan bisnis.. Tentu saja kabar ini dikirimkan ke koran-koran Indonesia oleh KBRI Swedia..

Saya jadi teringat selama 1992-1993 tinggal di Singapura, betapa penduduk Singapura paling sulit tersenyum sama orang asing. Ada kesan mereka cemberut terus pagi, siang, sore dan malam. Bahkan pemerintah Singapura pada waktu itu perlu berkampanye besar-besaran lewat poster dan spanduk di sepanjang jalan agar masyarakat Singapura lebih murah senyum. Bunyi spanduk itu adalah “Courtesy” (yang kurang lebih artinya “ramahlah” atau “tersenyumlah”) yang diberi gambar singa sebagai lambang negara Singapura.

Mungkin ada geleng-geleng kepala, ada-ada saja nih pemerintah Singapura, masak tersenyum aja kok mesti dikampanyekan (lain kali saya akan membahas kampanye pemerintah Singapura lainnya yaitu agar Sarjana prianya mau menikahi Sarjana wanitanya..karena cowok Singapura rupanya lebih suka “daun muda” dan lebih tertarik lawan jenis yang pendidikannya SMA atau “A level” maupun pendidikannya SMP atau “O level”)…

Setidaknya penduduk Amerika Serikat terutama di pedalaman yang disebut “Midwest” tempat saya sekolah dulu masih lebih mudah tersenyum daripada penduduk Singapura. Padahal waktu les bahasa Inggris di Jakarta saya sudah diberitahu kalau penduduk Amerika itu kebanyakan cuek bebek karena ada semacam “bubble” yang melingkupi tubuhnya…

Saya masih ingat, dimanapun saya berjalan di kampus Indiana University at Bloomington, mau di gedung manapun bila saya berjalan sendirian di lorong-lorong kampus dan ketemu baik cowok atau cewek, pasti kita akan saling senyum dan saling sapa dengan bilang “Hi !”. Ingat, harus senyum dan harus terbuka mulutnya dan mengucapkan…”Hi !!”..

Oleh karena itu begitu berjalan-jalan di kampus Singapoly dan kalau ketemu di lorong si dianya malah buang muka atau pura-pura nggak ngelihat, saya jadi ingat kampus Bloomington yang ramah….. Oh ya, saya malahan diberitahu kampus-kampus Amerika yang terletak di selatan macam Mississipi, Alabama, Louisiana, Arkansas atau Texas…kabarnya orangnya jauh lebih ramah lagi karena kalau kita mau belanja di toko, pasti ibu-ibu yang jaga toko akan menyapa ramah “Hi Honey, may I help you ?”…

Kembali ke tersenyum tadi, banyak juga hal yang menarik. Dulu di kampus Bloomington, cowok-cowok Indonesia begitu tergila-gila sama mahasiswi jurusan Perpustakaan yang bernama Laura. Karena kemanapun ia pergi, si Laura itu wajahnya senyum terus. Orang Amerika menamakannya “grinning”… Gara-gara ia senyum terus, banyak cowok Indonesia yang nelpon ke kamarnya untuk say Hi, tapi biasanya si cowok langsung knock-out karena ditanyain “Do I know you ?”….. Nah, lu !!!! Makanya jangan mata keranjang…

Orang Singapurapun tak kurang ramahnya, terutama para penjual elektronik di Chinatown, Orchard Road, ataupun di Sim Lim Square. Kalau kita melihat-lihat barang elektronik yang ditawarkannya dan kita ngomong sedikit, dia akan nebak “Are you Filipino ?”. Kalau kita jawab, “No, we are from Indonesia”. Maka iapun bertambah ramahnya 200% dan mulai cakap dalam bahasa Malay….”Sila pilih, sila beli”…

Orang Jermanpun juga ada yang ramah, ketika malam-malam saya berdua dengan teman Indonesia menyusuri stasiun Ottobrunn ada cewek muda yang ramah dan menyapa “Genosse ?”. Besoknya saya tanya ke orang Jerman teman sekantor, dan ia ketawa ngakak. Katanya ia menyapa “Hi, Friend !” dan artinya ia ingin ditemani bobok…..

Walah !!!