Sepatuku dan Penyemir Sepatuku

Siang ini tadi saya agak sedih, walaupun sepatu saya baru. Perasaan yang kontras memang, mestinya sepatu baru membuat orang bahagia dan bukan bersedih..

Selasa kemarin ini, kebetulan kelas Artificial Intelligence yang saya ajar di Binus pada posisi Off Class, sehingga hari libur Selasa kemarin ini saya sempat mengikuti acara perjalanan dinas alias menjadi “turis abidin” (atas biaya dinas) ke Bandung untuk mengunjungi beberapa client..

Selasa pagi team A dari kantor kami ditugaskan untuk mengunjungi client A. Nah, dari jam 10.00 sampai jam 12.25 kamipun sudah sempat mewawancara manajemen dari kantor client kami dan tugaspun selesai. Karena client kami itu kantornya di Bandung sisi sebelah selatan, maka selepas dari kantor client kami, kamipun meluncur ke rumah makan Ampera di Jalan Sukarno-Hatta. Dan surprise ! Belum sempat sendok nasi kesepuluh mengisi tenggorokan saya, mobil RI 1 parkir pula di rumah makan itu. Ya Presiden RI ! Walaupun senang, tapi mobil kami selama 2 jam itu tidak bisa keluar dari tempat parkiran akibat banyaknya petugas keamanan pakaian resmi dan menyamar, melakukan pengawalan dan pengamanan..

Selepas dari rumah makan itu pada jam 14.15 kamipun sempat ke daerah industri sepatu di Jalan Cibaduyut. Kamipun sempat mengunjungi toko yang bernama “JK Collection” yang kabar-kabarnya suka dikunjungi oleh Wapres RI sekaligus Capres 2009-2014. Sayapun sempat menimang-nimang sepatu bermerk JK (belum tentu berarti “Jusuf Kalla”) yang sepintas mirip-mirip sepatu Sin Ka Seng bikinan Pasar Baru itu. Tapi alangkah terkejutnya saya, harga sepatu kulit yang sebenarnya mutunya cukup bagus ini ternyata harganya cukup mahal, yaitu harga Rp 300 ribu yang bisa ditawar sampai Rp 250 ribu. Wah..kok semahal sepatu Gats atau Pakalolo yang biasa saya pakai ?

Akhirnya, tetap di toko JK itu, tapi saya memilih sepatu lainnya yang jauh lebih murah dari sepatu JK. Sampai hotel saya pada sore harinya, sepatu lama saya Pakalolo boots yang sudah saya pakai hampir 3 tahun terpaksa saya “parkir” dan sebagai gantinya memakai sepatu baru ex CBDY (si-bi-di-wai alias Cibaduyut) yang baru dibeli ini…

Siang ini tadi saya mau Jumatan di mesjid kantor yang ada di Lantai 2. Tidak seperti kawan-kawan kantor lainnya yang turun ke mesjid di lantai 2 dengan memakai sandal, saya biasanya turun memakai sepatu yang nantinya di lantai dasar akan saya titipkan ke tempat penitipan sepatu anak-anak kampung sekitar kantor saya di Jalan Thamrin ini. Lumayan, bayar Rp 2000 sepatu sudah dititipkan, disemir, dan seperti memberikan upah kepada anak-anak yang pasti membutuhkan uang jajan itu..

Tapi pagi ini tadi, anak-anak yang biasanya rajin bertanya “Titip sepatu oom ? Titip sepatu oom ?” satupun tidak nampak batang hidungnya. Padahal jumlah anak-anak yang berbisnis penitipan sepatu ini jumlahnya sekitar 10 orang. Dan hari ini tidak seorangpun kelihatan…

Saya hanya sedih memikirkan apa yang terjadi dengan 10 anak ini. Mudah-mudahan mereka semua sedang mengerjakan sesuatu yang lebih menyenangkan daripada menerima penitipan sepatu, menggosoknya, dan menerima sekedar uang penitipan…

Jumat depan, mudah-mudahan saya masih bisa bertemu mereka….

Insya Allah…