Ruang istirahat

Saya mau kasih judul posting ini “Restroom”..kok kayaknya nggak enak gitu. Apalagi kalau “Water Closet”..wah apalagi, kesannya jorsi banget….makanya saya kasih judul “Ruang istirahat” sebagai terjemahan dari “Rest room”..

Ruang sempit yang sering anda kunjungi minimal 2 kali sehari itu patut dibahas di posting ini karena memang banyak kenangan, banyak lamunan, sampai banyak cita-cita yang “dicetuskan” di ruang ini…

Bagi saya, menemukan Restroom yang “enak” di kampus saya dulu di Bloomington adalah hal terpenting kedua setelah mendapatkan nilai bagus di suatu Computer Science course. Untungnya, Restroom di Amerika tuh hebat-hebat dan perlengkapannya itu lho ! Bayangkan..ini hanya ada di Amerika, setiap restroom di kampus saya dulu selalu dilengkapi dengan 3 buah tissue yang gulungannya masih banyak, maklum diisi 2 kali sehari yaitu jam 11 siang dan jam 9 malam. Sudah itu, jumlah air untuk nge-flush produksi “nature call” kita juga berlimpah..sehingga sekali pencet, langsung soooorrrr…dan “itu tuh” nya tadi langsung menghilang…

Setidaknya ada 3 restroom di kampus saya yang saya sukai. Pertama tentu yang ada di sebelah kamar asrama saya. Enak banget deh buat ngalamun. Tapi karena komposisi gizi makanan di asrama yang penuh serat dan penuh buah, maka hasil “keluaran”nyapun juga mantap punya…dalam arti, tidak ada sakit, tidak ada keluhan, langsung “lahir” dengan cepat. Cuman di Amerika restroomnya tidak dilengkapi pembasuh air seperti di Indonesia. Jadi semuanya harus “diselesaikan” dengan tissue yang ada. Beberapa teman menyebutnya dengan “ritual lepet-lepet” karena tissue harus kita “basuhkan” ke ujung “knalpot” kita sampai bersih… Alasan milih restroom asrama ya karena…seakan itu milik saya sendiri…hihihi…

Restroom kedua favorit saya adalah yang ada di IMU (Indiana Memorial Union) yang merupakan gedung PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa) yang konon besarnya 4 kali lapangan bola ! Restroom di sini top banget karena air flushnya ibarat ditumpahkan dari langit. Sekali pencet, joooorrrrr…. bunyinya kenceng sekali, seperti pesawat jet yang lagi mendarat. Kalau lagi “pengin” dan saya boleh memilih, saya akan usahakan untuk bisa “nge-bom” di restroom IMU ini….Kalaupun belum ada yang sempurna, mungkin airnya perlu diganti dengan air suam-suam kuku yang dikontrol secara fuzzy-logic seperti yang dipakai di mesin cuci…hahaha…mungkin nggak ya ?

Restroom ketiga favorit saya di kampus tentu saja yang ada di gedung tempat Computer Science Dept berada, yang disebut Lindley Hall. Gedung tua yang konon dibangun tahun 1826 ini benar-benar mirip gedung tempat Count Dracula kuliah. Di musim dingin, pendingin yang dipakai menggunakan gas sehingga bunyinya seperti ledakan mercon waktu pengantin pria datang ke rumah pengantin wanita di pernikahan adat Betawi…dor dor dor !! Restroom nyapun asyik banget tuanya. Tapi masih terpelihara karena air untuk ngeflush-nya juga masih lancar, dan jumlah tissue di rumah tissue tetap 3 buah. Alasan restroom yang terletak di ruang basement ini menjadi favorit saya karena di dindingnya banyak coretan-coretan anak Computer Science yang lagi sebel, curhat, atau benci atau rindu kepada orang lain atau kepada dirinya sendiri. Baca deh posting saya “Graffiti di kamar mandi”…..salah satu tulisan yang sampai sekarang saya masih ingat membahas cewek berbodi aduhai tapi dengan wajah kurang, bunyinya “There are a lot of beautiful bodies out there, with ugly faces. But remember, it is f*ck you are facing, not face you are f*cking !”….. Wah !!!!

Waktu saya dapat beasiswa untuk sekolah Software Engineering di Singapore Polytechnic, pada suatu hari saya “kena batunya” dalam cerita episode restroom ini. Ceritanya, pada suatu hari pas jam kosong di siang hari karena waktunya makan, saya ingin pergi dari gedung tempat kuliah saya ke gedung lain di ujung lain dari kampus Singapoly yang luasnya sekitar 50 Ha itu. Nah, mungkin karena saya sarapan terlalu banyak, di tengah jalan sayapun menderita kebelet hebat karena “nature call”. Akhirnya di suatu gedung laboratorium Dept Mechanical Engineering atau Dept Electrical Engineering saya lupa, saya main masuk saja ke sebuah restroom yang ada di gedung itu. Ternyata, alamak !!! Restroomnya gaya kuno tahun 1960an seperti yang pernah saya lihat di pabrik gula di Indonesia, alias..warisan Belanda. Yaitu air tempat flushnya di atas, dengan rantai menjuntai ke bawah tempat tangan kita menarik air agar turun supaya bisa memflush nanti. Begitu masuk ke restroom itu, saya lihat restroomnya tidak terlalu bersih karena masih ada tissue. Sayapun lalu menarik tali rantai tadi dan airpun tumpah…jooorrr…memflush tissue tadi. Sayapun lalu “bertelur” barang 5 menit sambil membayangkan yang indah-indah di Singapore ini. Setelah selesai, tangan sayapun menarik tali rantai tadi dengan maksud..agar air flushnya jatuh…

Alamak !!!! Ternyata airnya habis dan air yang saya pakai untuk nge-flush tadi ternyata air terakhir yang ada !!! Sayapun kebingungan setengah mati, karena di ruang itu tidak ada kran, tidak air, tidak ada ember, tidak ada tissue (shame on you, Singapore !)…akhirnya selama 5 menit saya “overclock” otak saya sehingga menyamai otak Einstein dan akhirnya solusi terbaik hari itu adalah….mengelap dengan bungkus rokok yang ada di ruang itu !!!!

Ternyata Singapore yang katanya sangat civilized itu di salah satu restroom di salah satu kampusnya tidak terlalu civilized ! Apalagi dibandingan dengan restroom di universitas-universitas Amerika…